JAKARTA -- Sektor pertambangan logam diperkirakan akan mencatat perbaikan pendapatan sepanjang kuartal keempat tahun ini meski harga komoditas masih lemah dan prospek 2013 yang kurang bergairah.
Riset yang dikeluarkan Bahana Securities pada Rabu (14/11) memprediksi sejumlah emiten tambang logam akan terus menjaga produksi sepanjang kuartal keempat 2012 sejalan dengan level pada kuartal sebelumnya.
Bahana mencatat 4 emiten yaitu PT Vale Indonesia Tbk, PT Aneka Tambang Tbk, PT Timah Tbk, dan PT J Resources Asia Tbk membukukan pendapatan naik 16% sepanjang 3 bulan berakhir September dibandingkan kuartal sebelumnya akibat kenaikan volume produksi.
"Volume penjualan lebih tinggi akan mengangkat marjin usaha menjadi 13% pada kuartal keempat 2012, dari 12% pada kuartal ketiga 2012 dan 11% pada kuartal keempat 2011," ujar Leonardo Henry Gavaza, analis Bahana Securities dalam riset itu.
Meskipun demikian, riset memperkirakan harga logam selain emas akan kurang bagus pada tahun depan akibat perlambatan ekonomi di Eropa dan China yang menjadi pengguna terbesar produk logam. Harga rata-rata timah diperkirakan menjadi US$20.314 per ton pada 2013, turun 3% dibandingkan harga tahun ini.
Di saat yang sama, harga rata-rata nikel juga diperkirakan turun 3% menjadiUS$16.863 per ton sedangkan harga emas justru diprediksi naik 5% menjadi US$1.750 per ons.
Bahana juga memperkirakan Vale Indonesia dan Timah mencatat pertumbuhan perdapatan pada 2013 akibat kenaikan produksi. Namun, tidak semua pendapatan berbasis tambang logam akan kembali pulih ke level 2011 dalam jangka dekat akibat marjin yang tertekan.
Sektor tambang logam secara umum dinilai kurang bergairah karena pelonggaran kuantitatif (QE) 3 tidak dapat menyelesaikan masalah fundamental harga logam dengan permintaan terbatas.
"Kami tetap memberi rating Underweight untuk sektor ini karena pandangan kami terhadap prospek dan harga komoditas, kecuali emas yang merupakan safe haven," katanya. (if)