Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PENJUALAN MEROSOT, Kinerja Berau Coal sesuai prediksi Moody's

JAKARTA - Kinerja kuartal ketiga PT Berau Coal Energy Tbk yang melemah dinilai sesuai dengan perkiraan dan rating yang diberikan oleh lembaga pemeringkat Moody's Investors Service.
 
Volume penjualan emiten berkode BRAU itu turun 12% menjadi 4,8 juta ton selama kuartal ketiga 2012, dibandingkan 5,5 juta ton pada kuartal sebelumnya. Sementara itu harga rata-rata (ASP) juga melemah 5,2% menjadi US$71,3 per ton dibanding kuartal sebelumnya, dan merosot 17,5% dibanding harga pada periode sama tahun lalu. 
 
"Pelemahan permintaan batu bara thermal regional dan jumlah stok di China telah memberi dampak negatif terhadap volume penjualan Berau Coal dan harga rata-rata selama kuartal ketiga, namun, hal ini sesuai dengan perkiraan Moody's," ujar Simon Wong,  Vice President dan Analis Senior Moody's dalam laporan melalui email. 
 
Seiring dengan penurunan volume, nilai pendapatan Berau Coal sepanjang 9 bulan pertama tahun ini juga merosot 7,1% menjadi US$1,12 miliar, dibandingkan US$1,21 miliar pada periode sama tahun lalu. 
 
Moody's mengatakan Berau Coal terkena dampak terbesar akibat perlambatan ekonomi China bila dibandingkan emiten batu bara Indonesia lain karena mencakup 39,5% pendapatan sepanjang semester pertama 2012. 
 
Lembaga pemeringkat internasional itu juga telah memperkirakan permintaan batu bara dari China akan melambat sepanjang semester kedua 2012 karena jumlah stok yang melimpah dan peluang selisih harga domestik China dengan harga impor tertutup sejak akhir Juli. 
 
"Di saat yang sama, biaya produksi terus meningkat dibandingkan pada 2011, sehingga menambah tekanan pada marjin usaha," ujar Wong, yang merupakan analis utama Moody's untuk Berau Coal. 
 
Meskipun marjin dan sejumlah rasio keuangan lain dinilai lemah, Moody's tidak mengubah rating Berau Coal karena dana kas yang besar dan rencana penundaan anggaran belanja (capital expenditure/capex) sehingga dapat menjaga kondisi operasional yang melemah. Namun, bila ada penurunan signifikan dalam jumlah kas, peringkat credit akan menjadi negatif atau tertekan. 
 
Kas dan setara kas Berau Coal turun 12,1% menjadi US$459 juta per akhir kuartal ketiga 2012, dibandingkan US$522 juta per kuartal sebelumnya. 
 
Moody's mencatat bahwa kas yang dikelola dalam CAMA turun US$170 juta sepanjang kuartal ketiga 2012, sementara deposito berjangka dalam berbagai bank di Indonesia meningkat US$125 juta selama periode yang sama. Aliran dana kas keluar bersih didominasi oleh pembayaran bunga sekitar US$57 juta pada Juli dan September 2012. 
 
Oleh sebab itu, Berau Coal disarankan menjaga jumlah kas yang cukup untuk menutup bunga dalam pengelolaan akun kas. Masih ada US$172 juta dalam akun tersebut per akhir kuartal ketiga 2012, yang dinilai cukup untuk pembayaran bunga ke depan. 
 
Berau Coal adalah produsen dan eksportir batu bara thermal terbesar kelima Indonesia dengan 3 tambang aktif (Lati, Sambarata and Binungan) di Kalimantan Timur. Per Agustus 2012, Berau Coal memiliki sumber daya sekitar 2,2 miliar ton, dengan cadangan mungkin dan terbukti sekitar 509 juta ton. 
 
Pemegang saham mayoritas Berau Coal adalah Bumi Plc yang tercatat di London dengan kepemilikan 84,7%. Sementara itu, pada awal 2012 Grup Bakrie membagi setengah kepemilikan saham 54,6% di Bumi Plc kepada PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk, produsen batu bara kokas terbesar Indonesia. 
 
(faa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nurul Hidayat
Editor : Dara Aziliya

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper