JAKARTA -- PT Timah Tbk mencatat penurunan kinerja keuangan seiring pelemahan harga global sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, mendorong perusahaan berupaya menjaga keuntungan saat permintaan menyusut.Laporan keuangan PT Timah (unadited) mencatat penerimaan dari penjualan hingga akhir September Rp6,01 triliun, turun 12% dari Rp6,82 triliun pada periode sama 2011.Di saat yang sama, laba bersih Januari-September anjlok 57% menjadi Rp370 miliar dari Rp860 miliar selama periode yang sama tahun lalu.Sekretaris Korporat Agung Nugroho mengatakan penurunan tersebut diakibatkan oleh harga jual yang sangat rendah bila dibandingkan dengan periode sama 2011.Harga jual rata-rata timah perseroan sepanjang 9 bulan pertama 2012 mencapai US$21.523 per metrik ton, turun 24% dari US$28.440 per metrik ton pada periode sama tahun lalu. Selain itu, banyak permintaan ekspor tidak sebanding dengan penawaran."Membanjirnya bijih timah ilegal di pasaran terutama yang berasal dari Indonesia membuat penawaran melebihi permintaan sehingga prinsip dasar ekonomi berlaku yang mengakibatkan harga timah jatuh," ujarnya ketika dihubungi Bisnis akhir pekan lalu.Padahal, volume penjualan logam timah selama 9 bulan pertama tahun ini naik 7% menjadi 26.921 metrik ton, dibandingkan 26.266 metrik ton pada periode sama tahun lalu.Selama ini, pasar utama produk PT Timah adalah Asia yang berkontribusi hingga 54% terhadap penjualan. Sementara itu, ekspor ke Eropa menyumbangkan 34% dan ke Amerika Serikat berkontribusi 10%. Penjualan domestik hanya menyumbang tidak lebih dari 2%."Perlambatan ekonomi di China sementara ini juga membuat permintaan turun," katanya.EBITDA tercatat pada Rp845 miliar pada 9 bulan pertama tahun ini, menyusut dari Rp1,36 triliun pada perode sama tahun lalu.Per 30 September 2012, jumlah aset PT Timah mencapai Rp6,43 triliun, sedikit turun dari Rp6,57 triliun per 31 Desember 2011.Di saat yang sama, jumlah liabilitas jangka pendek turun menjadi Rp1,38 triliun per 30 September 2012, dibandingkan Rp1,42 triliun per 31 Desember 2011.Marjin LabaMenghadapi kondisi pasar ekspor timah yang lesu, Agung mengatakan pihaknya tidak berharap banyak terhadap volume penjualan tahun ini tetapi lebih mementingkan marjin laba.Sepanjang Januari-September, margin laba yang diterima emiten berkode TINS ini menyusut 64% menjadi US$1.750 per ton dari US$4.895 per ton."Kalau harga turun, lebih baik ditahan (tidak dijual) dulu dan menunggu harga rebound. Sekarang kami lebih fokus ke profit margin," tuturnya.Dia memprediksi dapat meraih laba sekitar Rp400 miliar sepanjang tahun ini, jauh menyusut dari realisasi tahun lalu Rp896,8 miliar.Sementara itu, nilai tukar per dolar AS menguat 9% menjadi Rp9.588 pada akhir September 2012, dibandingkan Rp8.823 pada setahun sebelumnya meski tidak dapat menutupi penurunan pada harga.Sepanjang 9 bulan pertama 2012, produsen timah ini mencatat laba selisih kurs bersih senilai Rp9,6 miliar, dibandingkan rugi kurs Rp30 miliar pada periode sama tahun lalu.Berkaitan dengan Permen No 24/2012 yang baru berlaku per 1 Oktober, Agung menjelaskan ada sedikit penyesuaian yang berpengaruh terhadap produksi."Sekarang ada program kemitraan, imbal jasa dan sewa alat yang dulu belum ada aturannya. Kami sebagai BUMN harus mengikuti tetapi perlu ada proses penyesuaian dengan para penambang," ujarnya.Menurutnya, perlu waktu sosialisasi tentang prosedur baru ini hingga akhir tahun sehingga pada awal 2013 diharapkan penambangan dapat kembali lancar.(msb)
KINERJA KEUANGAN: PT Timah Tergerus Harga Global
JAKARTA -- PT Timah Tbk mencatat penurunan kinerja keuangan seiring pelemahan harga global sepanjang 9 bulan pertama tahun ini, mendorong perusahaan berupaya menjaga keuntungan saat permintaan menyusut.Laporan keuangan PT Timah (unadited) mencatat penerimaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
26 menit yang lalu
IHSG Bidik Zona Hijau ke 6.983, Cek Saham ACES, PGAS & ANTM
8 jam yang lalu
Historia Bisnis: Upaya Grup Djarum Jaga Dominasi di BCA
13 jam yang lalu