JAKARTA : Harga saham sektor pertambangan di Bursa Efek Indonesia mencatat penguatan 2,1% sepanjang pekan ini seiring dengan sentimen positif kebijakan bank sentral AS dan harga batu bara yang mengalami rebound.
Jakmine Indeks, yang mencatat saham sektor pertambangan, pada perdagangan Jumat (21/9) naik 1,72% ke 2.104,5 dan memimpin penguatan indeks harga saham gabungan (IHSG) 0,64% ke 4.244,62. Penguatan tersebut membawa kenaikan sektor tambang sepanjang pekan ini menjadi 2,1% dari 2.061,03 pada penutupan pekan lalu.
Emiten batu bara termasuk PT Bayan Resources Tbk , PT Atlas Resources Tbk, dan PT Citatah Tbk mendorong sektor tambang dalam perdagangan hari Jumat. Sementara itu, sepanjang pekan ini PT Adaro Energy Tbk, PT Vale Indonesia Tbk, dan PT Bukit Asam Tbk merupakan penggerak dalam sektor batu bara.
"Emiten batu bara naik akibat sentimen quantitative easing tahap ketiga. Namun, efeknya ke harga komoditas tidak sebesar yang diharapkan pasa dari pelonggaran tahap pertama dan kedua," ujar Jeffrosenberg Tan, kepala riset PT Sinarmas Sekuritas saat dihubungi Bisnis, Jumat (21/9/2012)
Menurutnya, harga batu bara sudah naik tetapi belum signifikan untuk mendorong kenaikan lebih lanjut. Sementara itu, harga minyak bumi yang masih berkorelasi sebagai bahan bakar juga masih lemah. Harga batu bara acuan yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral untuk bulan september adalah US$86,21 per ton, naik dibandingkan US$84,65 per ton pada bulan lalu. Namun, bila dibandingkan dengan HBA Januari yang mencapai US$109,29 per ton, HBA September terakhir masih turun 20%. Terkait dengan kinerja saham tambang ke depan, Jeff mengatakan hal itu bergantung dengan ekonomi global termasuk China dan India sebagai tujuan ekspor utama batu bara Indonesia. Selain itu, sentimen dari Eropa juga masih berpengaruh karena rencana Bank Sentral Eropa (ECB) untuk membeli obligasi belum cukup mendorong ekonomi wilayah tersebut. "Dari sisi moneter, sudah ada dukungan tetapi dari sisi fiskal harus diamati." (if)