HONG KONG: Pemerintah menilai harga pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) yang ditawarkan PT Garuda Indonesia Tbk pada level Rp750-Rp1.100 per saham masih bisa diakomodir pasar.
Deputi Bidang Restrukturisasi dan Perencanaan Strategis Kementerian BUMN Achiran Pandu Djajanto mengatakan Kementerian BUMN menetapkan harga perdana tersebut berdasarkan asumsi optimistis atas posisi dan prospek Garuda sebagai maskapai penerbangan terbesar nasional."Harga tersebut tidak mahal. Jika mempunyai anak perempuan, tentu kita harus percaya diri bahwa dia memiliki masa depan cantik meski sekarang masih dalam kandungan," tuturnya, hari ini.Sebelumnya, beberapa kalangan menilai harga perdana IPO Garuda terlalu mahal, terutama jika melihat kinerja per September 2010 yang masih membukukan kerugian operasional senilai Rp289,89 miliar dengan laba bersih Rp184,07 miliar.Pandu mengatakan optimisme serupa juga dikemukakan agen penjual asing (agent selling) yang juga melihat nilai perusahaan (enterprise value/EV) Garuda berdasarkan prospek pertumbuhan ke depan.Karena itu, dia menilai pendapat yang mengatakan bahwa harga saham IPO Garuda terlalu mahal. "Penjamin emisi asing mengatakan harus melihat appreciaton value, kalau bahasa saya good will. Penilaian murah-mahalnya harga itu persoalan persepsi, ujar Pandu.Pada kesempatan terpisah, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar menilai dalam roadshow yang berlangsung di Singapura dan Hong Kong, tidak ada investor asing yang mempersoalkan harga."Dalam roadshow tidak ada diskusi mengenai harga sama sekali, karena kami lebih banyak berbicara soal kinerja dan prospek. Yang jelas, antusiasme mereka sangat besar karena posisi Garuda sangat unik, ujarnya. (yn)