Bisnis.com, JAKARTA--Kinerja emiten produsen batu bara diperkirakan meningkat seiring dengan memanasnya harga komoditas tersebut. Oleh karena itu, PT Samuel Sekuritas Indonesia memilih tiga saham emiten batu bara yang berpotensi menanjak pada 2018.
Pengamat pasar modal PT Samuel Sekuritas Indonesia Muhamad Alfatih mengungkapkan, kinerja emiten batu bara berpotensi membaik seiring dengan memanasnya harga komoditas. Pada 2018 dan 2019, rerata harga batu hitam diperkirakan memanas menuju US$87 dan US$85 per ton dari 2017 senilai US$75 per ton.
Sentimen utama yang mendongrak harga batu bara ilalah upaya pengurangan produksi di China. Data National Development and Reform Commission (NDRC) menyebutkan Negeri Panda akan mengurangi jumlah tambang menjadi 7.000 titik dari sebelumnya 10.800 lokasi. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah memangkas produksi batu bara hingga 800 juta ton sampai 2020.
"Sampai 2019, harga batu bara tetap berada di level-level tinggi sehingga menguntungkan emiten sektor itu," ujarnya kepada Bisnis.com, Kamis (15/2/2018).
Namun demikian, sambungnya, hal utama yang menjadi perhatian industri saat ini ialah rencana pemerintah menetapkan batas atas dan bawah harga batu bara untuk pasar dalam negeri (Domestic Market Obligation/DMO). Kebijakan tersebut terutama akan memengaruhi saham emiten batu bara yang operasionalnya berorientasi ekspor.
Menurut Alfatih, jika kebijakan DMO dilaksanakan, PT Bukit Asam Tbk., (PTBA) menjadi emiten dengan pengaruh terkecil karena perusahaan sudah melakukan itu dalam kontrak dengan PLN.
Baca Juga
Dari sisi harga saham, PTBA memiliki level support Rp3.000 dan resistan Rp3.450. Dalam jangka panjang, harga berpotensi menanjak menuju Rp3.800-Rp4.000. Pada penutupan perdagangan Kamis (15/2/2018), saham PTBA naik 10 poin atau 0,31% menjadi Rp3.240. Sepanjang tahun berjalan harga meningkat 31,71%.
Selain PTBA, dua saham batu bara pilihan Samuel Sekuritas lainnya ialah PT Adaro Energy Tbk., (ADRO) dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk., (ITMG).
ADRO diuntungkan dengan peluang pasar baru dari produk batu bara kokas semi lunak dan batu bara termal. Adapun, ITMG menjadi emiten yang paling sensitif terhadap kenaikan harga batu bara, sehingga pendapatannya berpotensi menanjak signifikan.
Saham ADRO memiliki level support Rp2.150 dan Rp2.325. Ke depannya, harga berpeluang menuju posisi Rp2.700--Rp3.000. Akhir pekan ini, saham ADRO naik 30 poin atau 1,23% menuju Rp2.470. Secara year to date (ytd), harga sudah menanjak 32,80%.
Saham ITMG memiliki support di level Rp26.300. Level resistan yang dapat dicapai ialah Rp34.500. Pada Kamis, saham ITMG naik 300 poin atau 3,08% menuju Rp30.075. Secara ytd, harga menanjak 45,29%.
"Level resistan ketiga saham berpotensi untuk dicapai pada tahun ini," tutur Alfatih.