Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Meski Melemah, Minyak Mentah Masih di Kisaran Tertinggi 2 Tahun Jelang Pertemuan OPEC

Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin (27/11/2017) meskimasih diperdagangkan pada kisaran level tertinggi dalam lebih dari dua tahun sebelum OPEC bertemu akhir pekan ini untuk membahas pemangkasan pasokan.
Lambang OPEC/web
Lambang OPEC/web

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah melemah pada perdagangan Senin (27/11/2017), tetapi masih diperdagangkan pada kisaran level tertinggi dalam lebih dari dua tahun sebelum pertemuan OPEC pada akhir pekan ini untuk membahas pemangkasan pasokan.

Minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Januari melemah 0,46% atau 0,27 poin ke  level US$58,68 per barel di New York Mercantile Exchange pada pukul 11.40 WIB.

Total volume yang diperdagangkan sekitar 88% di atas rata-rata 100 hari terakhir. Adapun pada akhir perdagangan Jumat, WTI menguat 93 sen ke US$58,95, menyentuh kenaikan mingguan sebesar 4,2%.

Sementara itu, minyak Brent untuk pengiriman Januari melemah 0,04 poin atau 0,06% ke level US$63,82 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Brent menguat 1,8% pekan lalu.

Seperti dilansir Bloomberg, OPEC dan Rusia, mitra dalam kesepakatan pembatasan output, telah membuat garis besar kesepakatan untuk memperpanjang pembatasan hingga akhir tahun depan.

Di sisi lain, pengebor minyak di AS telah membuka sembilan anjungan pengeboran minyak mentah tambahan per akhir pekan lalu, menurut data Baker Hughes.

Minyak telah menguat 25% sejak awal September karena spekulasi bahwa OPEC gan rekannya akan memperpanjang perjanjian pembatasan output. Namun, Rusia terlihat masih ragu untuk perpanjangan tersebut pada pertemuan OPEC 30 November di Wina mendatang.

"Kemungkinan kita akan melihat perpanjangan pemotongan output yang dipimpin OPEC," kata David Lennox, analis komoditas di Fat Prophets, seperti dikutip Bloomberg.

 "Pasar menjadi lebih positif mengenai prospek tahun 2018. Tanggapan dari AS adalah kuncinya. Kami telah melihat output yang meningkat cukup tinggi di AS setelah kenaikan harga baru-baru ini," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper