Bisnis.com, JAKARTA – Kurs rupiah ditutup menguat 0,46% ke level Rp12.667/US$ pada perdagangan hari ini. (BACA: GEJOLAK RUPIAH, Data, Fakta, Komparasi, Plus-Minusnya)
Bagaimana pergerakan nilai tukar rupiah sepanjang hari ini, Rabu (17/12/2014)? Apa saja faktor-faktor yang memengaruhinya? Berikut live report di Bisnis.com hari ini:
Kurs rupiah berhasil mengatasi tekanan dolar AS hingga akhir perdagangan. Pada pukul 15.59 WIB, rupiah menguat 0,46% ke level Rp12.667/US$. Sepanjang hari ini, rupiah bergerak di kisaran Rp12.646-Rp12.783/US$.
Kurs rupiah berbalik menguat jelang akhir perdagangan. Pada pukul 15.22 WIB, rupiah tercatat menguat 0,47% ke Rp12.665/US$. Sampai dengan waktu tersebut, rupiah bergerak di kisaran Rp12.646-Rp12.783/US$.
Kurs rupiah kembali menguat tipis 0,01% ke Rp12.724/US$ pada pukul 13.44 WIB, setelah pada pukul 12.08 WIB sempat tergelincir 0,13% ke Rp12.742/US$. Sampai dengan waktu tersebut rupiah bergerak di kisaran Rp12.700-Rp12.783/US$.
Presiden Joko Widodo meminta kalangan pengusaha untuk memanfaatkan momentum fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar untuk mendorong peningkatan ekspor.
"Kesempatan seperti ini, dari sisi industri didorong diberi insentif sehingga industri yang berorintasi ekspor bisa bergerak lebih cepat sehingga mengambil keuntungan dari pelemahan rupiah ini," kata Presiden saat membuka rapat terbatas bidang ekonomi di Kantor Presiden Jakarta, Rabu (17/12/2014) pagi.
Kepala Negara mengatakan pelemahan mata uang lokal terhadap dolar Amerika Serikat tidak hanya dialami Indonesia, tetapi juga dialami oleh negara lainnya. "Kita melihat negara kita dibandingkan dengan Jepang, Malaysia dan Rusia, kita pada posisi yang sangat baik," katanya.
Kurs rupiah tergelincir pada perdagangan siang ini. Pada pukul 12.01 WIB, rupiah tercatat melemah 0,02% ke Rp12.727/US$. Sampai dengan waktu tersebut, rupiah bergerak di kisaran Rp12.700-Rp12.783/US$.
Mata uang Asia ditransaksikan cenderung melemah terhadap dolar AS pagi ini, Rabu (17/12/2014). Dari 11 mata uang Asia, sebanyak delapan mata uang melemah,dan tiga menguat, dimana ringgit Malaysia menguat tertinggi, yakni 0,1%.
Sementara itu, mata uang rupee milik India mengalami depresiasi tertajam, yakni 0,94%, disusul oleh baht Thailand yang terkoreksi 0,15%. Di sisi lain, kurs rupiah pada pukul 10:17 WIB berbalik melemah 0,02% ke Rp12.727,5/US$.
Kurs rupiah dibuka rebound terhadap dolar AS. Berdasarkan Bloomberg Dollar Index, rupiah menguat 0,2% ke level Rp12.700/US$. Pergerakan di awal perdagangan pagi ini positif, mengingat pada akhir perdagangan Selasa (16/12), Rupiah terdepresiasi 0,09% ke Rp12.725/US$.
Pelemahan rupiah yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir merupakan kabar baik bagi peningkatan wisatawan mancanegara (wisman). Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan nilai tukar rupiah melemah bisa menjadi potensi yang besar bagi pelancong asing untuk berwisata ke Indonesia.
Telebih karena Kementerian Pariwisata menargetkan kunjungan wisman tahun ini sebesar 9,5 juta. Sementara sepanjang Januari-Oktober 2014 tercatat baru 7,7 juta wisman atau tumbuh 8,71 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebanyak 7,1 juta wisman.
Sedangkan tahun depan, Kementerian Pariwisata mematok target lebih tinggi lagi, yakni 20 juta wisman.
Menkeu Bambang Brodjonegoro mengatakan tiga faktor utama penyebab gejolak rupiah:
- Pertama, bank sentral Amerika Serikat the Federal Reserve yang pasti menaikkan suku bunga pada 2015. Sentimen itu memperkuat dolar AS dan memperlemah mata uang negara lain, termasuk rupiah.
- Kedua, defisit transaksi berjalan yang dialami Indonesia. Meskipun tahun ini menunjukkan perbaikan, defisit yang masih US$6,8 miliar atau 3,1% terhadap produk domestik bruto (PDB) dianggap masih terlalu lebar untuk ukuran negara berkembang.
- Ketiga, faktor musiman berupa permintaan dolar yang meningkat untuk membayar utang, mengirimkan dividen, dan reposisi portofolio dari surat berharga berdenominasi rupiah ke dolar AS, pada akhir tahun.
Presiden Joko Widodo menilai fundamental ekonomi nasional kuat untuk menghadapi tekanan terhadap mata uang rupiah. Presiden mengatakan semua mata uang negara lainnya juga mengalami pelemahan terhadap Dolar AS, "terutama karena ada penarikan kembali ke Amerika," paparnya.
Dengan fundamental ekonomi nasional dan juga perbaikan ruang fiskal, kata Presiden, pada 2015 diharapkan tidak lagi mengalami tekanan yang berkepanjangan.
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyebutkan ada andil dari penguatan pengetatan moneter di Rusia terhadap perlemahan rupiah, selain karenna ekspektasi percepatan penaikan suku bunga di Amerika Serikat.Rusia menaikkan suku bunga acuan hingga 650 basis poin menjadi 17%.
"Ketika investor melihat Rusia tahu-tahu naik 650 basis poin. Pasti ada pemikiran pindahkan portofolio ke Rusia. Pola berpikir ini yang menyebabkan perubahan di pasar," kata Menkeu.
Central Bank of Russia, Senin (15/12/2014), memutuskan menaikkan suku bunga acuan dari 10,5% menjadi 17% dalam waktu sepekan, untuk menangkal depresiasi rubel yang anklok 48,8% sepanjang tahun berjalan.
Di luar spekulasi mengenai suku bunga the Fed, nilai tukar dolar AS memang sedang perkasa karena perekonomian negeri itu sedang bangkit. Ini dapat dilihat dari Consumer Confident Index yang mencapai posisi tertinggi dalam 8 tahun terakhir, GDP Amerika Serikat akan tumbuh diproyeksikan mencapai 4% tahun 2015, dan AS juga menjadi produsen net energy pada 10 tahun ke depan.
Ini fakta lainnya. Tidak ada mata uang yang menguat terhadap dolar AS karena faktanya dolar AS sedang menguat. Dalam tiga bulan terakhir, rupiah turun 4,44% terhadap dolar AS. Sedangkan Yen Jepang anjlok 10,94%, dolar Australia (AUD) drop 8,86%, Ringgit Malaysia turun 8,57%, Won Korsel turun 5,7%, dolar Singapura turun 4,02%. Artinya hanya dolar Singapura yang penurunannya tidak lebih buruk dari rupiah.
Meski nilai tukar rupiah saat ini terus berfluktuasi dan melemah hingga level Rp12.900 per dolar AS, namun data fundamental ekonomi Indonesia tidaklah seburuk ketika krisis tahun 1998 maupun 2008. Cadangan devisa saat ini berkisar US$111 miliar, dibandingkan pada 1998 yang hanya US$15 miliar dan tahun 2008 yang hanya US$51 miliar.