Bisnis.com, JAKARTA – Tanpa eksistensi PT Kaltim Prima Coal (KPC), PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) barangkali ibarat sayur tanpa garam. Betapapun terus mengecil porsi kepemilikannya, realitas membuktikan bahwa lebih dari separuh pendapatan perusahaan tambang Grup Bakrie tersebut bersumber dari KPC.
Sebagai konteks, KPC adalah perusahaan batu bara yang berpusat di Sangatta, Kalimantan Timur. Entitas ini mengelola area konsesi pertambangan dengan luas 84.938 hektar, dilengkapi kapasitas produksi batu bara sekitar 70 juta ton per tahun.
Per hari ini (31/8/2022), Grup Bakrie secara sah memiliki 51 persen kepemilikan atas KPC yang dibagi lewat dua nama, BUMI (25 persen) dan Sitrade (26 persen). Sisa porsi lain digengggam Bhira (30 persen), yang konon juga masih memiliki afiliasi bisinis tidak langsung dengan Bakrie dan Mountain Netherlands (19 persen).
Perjalanan Bakrie bersama KPC dimulai pada 2004, ketika konglomerasi ini mengakuisisi entitas tersebut dari Conzinc Rio Tinto Australia (CRA) dan British Petroleum (BP). Kedua investor lama merupakan kongsi yang membesarkan nama KPC sejak perusahaan ini berdiri pada 1992.
Menariknya, seturut arsip Bisnis, CRA dan BP sebenarnya sudah punya niat besar untuk melepas kepemilikan KPC sejak akhir 90an. Dikutip dari Harian Bisnis Indonesia edisi 31 Agustus 1998, tepat hari ini 24 tahun lalu, KPC bahkan sudah hampir benar-benar dijual sebagian kepada emiten pelat merah PT Timah Tbk. (TINS).
Saat itu, Timah berniat mencicil dahulu 23 persen kepemilikan atas KPC. Erry Riyana Hardjapamekas, sosok yang saat itu menakhodai TINS sebagai Direktur Utama, juga sudah mengisyaratkan lampu hijau.