Bisnis.com, JAKARTA — Upaya ekspansi emiten barang konsumen PT Indofood Sukses Makmur Tbk. mendapat kritik pada 2002. Emiten dengan kode saham INDF itu disarankan untuk fokus membayar utang alih-alih melebarkan sayap usahanya ke bisnis yang bukan merupakan inti usaha.
Dalam pemberitaan harian Bisnis Indonesia edisi 2 Maret 2002, sejumlah analis mengingatkan INDF untuk fokus membayar utang dan menunda dulu rencana ekspansi usaha. Pasalnya, kondisi kas internal perseroan kala itu terbatas.
Analis PT Meridian Capital Hendra Bujang menilai rencana ekspansi Indofood dengan membeli perkebunan kelapa sawit dan membangun pabrik susu belum mendesak. Apabila diteruskan, bakal berdampak pada penurunan kinerja.
“Mengapa dana obligasi tidak dipakai untuk mempercepat pembayaran utang seperti yang dilakukan oleh sejumlah emiten,” kata Hendra, Jumat (1/3/2002).
Adapun, setahun sebelumnya INDF menerbitkan obligasi senilai Rp1 triliun. Selain untuk mendanai pinjaman yang jatuh tempo (refinancing).
Kala itu, INDF memiliki utang senilai US$215 juta atau setara Rp600 miliar dan jatuh tempo pada Juni 2002. Sementara itu, kas internal INDF juga akan digunakan untuk membeli kembali (buyback) saham hingga 915.600 juta lembar.