Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang tahun lalu, minat investor terhadap obligasi korporasi di Indonesia terbilang sangat tinggi. Adapun, di balik tingginya minat investor terhadap instrument tersebut terdapat sentimen yang berasal dari China.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepanjang 2021, jumlah outstanding obligasi korporasi, sukuk dan EBA mencapai Rp434 triliun. Capaian itu naik dari tahun sebelumnya, yang outstanding-nya mencapai Rp425 triliun.
Dalam data yang diterbitkan oleh Bank of New York Mellon Corp. baru-baru ini, Indonesia menjadi salah satu negara yang mendapatkan imbas positif pelarian investor global dari China. Indonesia bergabung dengan beberapa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura, India dan Malaysia, yang mencatatkan kenaikan aliran modal masuk ke obligasi korporasi dalam tiga bulan terakhir hingga 18 Januari 2022.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Selasa (25/1/2022), investor global sedang berlindung dari efek krisis utang real estat di China. Mereka pun beralih ke negara-negara lain yang memiliki obligasi korporasi dengan imbal hasil menarik dan relatif terlindung dari gejolak ekonomi.
Di sisi lain, China juga sepanjang kuartal akhir tahun lalu, juga tengah tertekan oleh laju inflasi nasional. Hal itu meningkatkan kekhawatiran akan kondisi perekonomian negara ekonomi terbesar di Asia tersebut.
“Investor telah bersembunyi di tingkat investasi dan kredit imbal hasil tinggi di India, dan negara lain di Asia di luar China. Langkah itu dilakukan sebagai sarana untuk mengurangi eksposur mereka ke krisis properti China,” kata Wai Mei Leong, Manajer Portofolio Eastspring Investments, seperti dilansir dari Bloomberg.