Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sempat Dibuka Merah, Rupiah Kembali Perkasa ke Level Rp14.095

Pada 09.23 WIB, rupiah menguat 0,16 persen ke Rp14.095 per dolar AS sementara mata uang Asia lain cenderung bervariasi.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis, JAKARTA - Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,05 persen atau 7,5 poin ke level Rp14.125,00 per dolar AS pada Jumat (15/10/2021). Sementara mata uang Asia yang lain terhadap dolar AS cenderung bervariasi

Berdasarkan data Bloomberg, indeks dolar AS menguat 0,04 persen ke 93.99. Namun, pelemahan rupiah tak berlangsung lama. Pada 09.23 WIB, rupiah menguat 0,16 persen ke Rp14.095 per dolar AS.

Yen Jepang terpantau melemah 0,17 persen, won Korea Selatan menguat 0,31 persen, yuan China menguat 0,8 persen, bath Thailand melemah 0,36 persen, dan ringgit Malaysia cenderung mendatar.

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menyebutkan, mata uang Garuda kemungkinan dibuka berfluktuatif namun bisa ditutup menguat pada rentang Rp14.080 - Rp14.130 per dolar AS.

Adapun, mengutip Antara, dolar AS sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Kamis (14/10/2021) waktu setempat dalam perdagangan yang fluktuatif, setelah menghapus sebagian besar kerugian sesi awal. Investor bertaruh bank sentral AS, Federal Reserve akan mulai mengurangi pembelian asetnya bulan depan dan perhatian beralih ke waktu kenaikan suku bunga.

Greenback telah reli sejak awal September di tengah ekspektasi bank sentral AS akan memperketat kebijakan moneter lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya, di tengah membaiknya ekonomi dan melonjaknya inflasi.

Tetapi dolar berbalik arah pada Rabu (13/10/2021), bahkan setelah risalah pertemuan kebijakan Fed 21-22 September mengkonfirmasi pengurangan stimulus kemungkinan akan dimulai tahun ini dan data menunjukkan bahwa tekanan harga masih memukul konsumen AS.

"Saya pikir apa yang telah kita lihat selama satu atau dua hari terakhir adalah sedikit aksi ambil untung," kata Shaun Osborne, kepala strategi valas di Scotia Capital.

Pasar memperkirakan bahwa Fed akan mulai mengurangi pembelian asetnya pada awal bulan depan, dan penghentian program pembelian obligasi besar-besaran akan terjadi cukup cepat, Osborne menambahkan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Farid Firdaus
Editor : Farid Firdaus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper