Bisnis.com, JAKARTA – Hingga Juni 2021, segmen penjualan pakan emiten perunggasan mencatatkan penjualan tertinggi selama empat tahun terakhir. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) mencetak Rp6,47 triliun dan PT Malindo Feedmill Tbk. (MAIN) Rp2,87 triliun. Sementara PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) meski belum menerbitkan laporan tengah tahun tetapi pada kuartal I/2021 telah menunjukan pertumbuhan.
Kenaikan segmen pakan pada paruh pertama tahun ini tidak lepas dari tingginya harga soybean meal (sbm). SBM digunakan sebagai komposisi bahan baku pada pakan minimal 25 persen. Akan tetapi harga SBM memasuki paruh kedua terus mengalami penurunan.
Sementara itu, dari dalam negeri pasokan jagung terbatas sehingga harga melebihi ketetapan pemerintah. Bagaimana kinerja emiten perunggasan pada paruh kedua tahun ini?
Sebagai informasi, pemerintah baru saja memberikan relaksasi impor gandum kepada perusahaan perunggasan. Gandum digunakan sebagai komponen pengganti jagung dalam pakan. Sekretaris Jendral Dewan Jagung Indonesia Maxdeyul Sola mengatakan kran itu dibuka karena produksi dalam negeri kurang.
Sebab harga mencapai Rp5.600 per kg lebih tinggi dari harga eceran tertinggi. Padahal target produksi tahun ini mencapai 23 juta ton. “Indonesia masih impor gandum untuk memenuhi pabrik pakan rencana 300.000 ton,” ungkapnya kepada Bisnis belum lama ini.
Di sisi lain, Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Desianto B Utomo membenarkan hal tersebut. Menurutnya sejak akhir juli impor gandum telah masuk 60.000 ton.