Bisnis.com, JAKARTA – Peluang kolaborasi antarkorporasi terus meningkat dewasa ini. Kolaborasi tersebut utamanya terjadi seiring dengan tren transformasi digital atau digitalisasi di beragam elemen bisnis.
Sebut saja, Alibaba, PT Bukalapak.com (BUKA), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK), Grab, dan PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) yang memiliki bekal yang kuat untuk berkongsi dalam bisnisnya. Bagaimana tidak, masing-masing korporasi tersebut memiliki jembatan perusahaan terafiliasi dalam struktur kepemilikan sahamnya.
Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi mengatakan kolaborasi merupakan hal yang wajar di dalam bisnis. Menurutnya, kolaborasi tersebut biasanya terdapat tujuan jangka panjang ataupun jangka pendek yang hendak dicapai.
"Ini tentu akan memperkuat ekosistem bisnis dan juga tantangan kompetisi, pasar ke depan," kata Heru.
Kendati begitu, kolaborasi antarkorporasi raksasi tersebut juga tidak bisa dianggap remeh. Mengingat kondisi tersebut juga berpotensi untuk membentuk konglomerasi untuk penguasaan bisnis dari hulu hingga hilir.
Baca selengkapnya di sini.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memiliki ambisi besar agar PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) mampu mengatrol kapitalisasi pasar lewat IPO lini data center dan Mitratel. Erick Thohir tidak main-main dalam mendorong peningkatan nilai perseroan pelat merah. Salah satu langkah yang ditempuh dengan menggelar penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO).
Status Telkom Indonesia sebagai perusahaan tercatat berkapitalisasi terbesar ketiga di BEI rasanya belum cukup bagi Erick Thohir. Kementerian BUMN di bawah komandonya berambisi mengatrol kapitalisasi pasar TLKM yang saat ini berada di kisaran level Rp330 triliun.
Baca selengkapnya di sini.
Belum lama ini Kredivo berhasil mencuri perhatian pelaku pasar lantaran mengumumkan rencananya untuk melantai di bursa saham Amerika Serikat (AS). Aksi korporasi itu dilakukan dengan menggandeng perusahaan perusahaan cangkang atau special purpose acquisition company (SPAC).
Terbaru Kredivo berencana meluncurkan bank digital bernama Lime. Ini menandai masuknya Kredivo ke bisnis neobank di pasar terbesar Asia Tenggara. Fakta itu pun menjadi sentimen tersendiri bagi PT Bank Bisnis Internasional Tbk. (BBSI) yang 24 persen sahamnya dimiliki Kredivo.
Baca selengkapnya di sini.
Emiten yang menjadi koleksi pribadi orang terkaya ke-4 di Indonesia, Anthoni Salim, mampu menunjukkan catatan kinerja ciamik sepanjang paruh pertama tahun ini. Laporan Forbes menempatkan Anthoni Salim sebagai orang terkaya ke-4 di Indonesia untuk periode 2020. Pencapaian itu diraih berkat kekayaan US$5,9 miliar atau sekitar Rp85 triliun per September 2020.
Bisnis konglomerasi Grup Salim tersebar di berbagai lini bisnis mulai dari otomotif, jalan tol, telekomunikasi, air bersih, kaca, kimia, bank, hingga makanan dan minuman.
Baca selengkapnya di sini.
Harga batu bara terus terkerek terdorong permintaan batu bara di China. Kondisi tersebut mempengaruhi harga batu bara acuan (HBA) bulan Agustus 2021 naik hingga ke level US$130,99 per ton.
Hal tersebut menjadi angin segar bagi emiten produsen batu bara untuk mendorong kinerja bisnis mereka.
Dampak nyata tecermin pada kinerja PT Indika Energy Tbk. (INDY). Emiten pertambangan dan energi tersebut membukukan pertumbuhan dan laba bersih pada paruh pertama tahun ini, di tengah situasi ekonomi yang belum menentu.
Baca selengkapnya di sini.