Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Emiten Telko Cerah, Ini Penjelasan Lengkap Analis

Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya mengatakan banyak sentimen positif yang mengiringi emiten operator telekomunikasi untuk 2021 nanti, salah satunya adalah implementasi kerja sama penggunaan spektrum frekuensi alias spectrum sharing.
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P
Teknisi melakukan pengecekan pada salah satu base transceiver station (BTS) di Jakarta, Senin (27/1/2020). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan analis menilai emiten telekomunikasi memiliki prospek yang cerah di masa mendatang sejalan dengan sentimen positif yang mengiringi sektor ini.

Analis Reliance Sekuritas Anissa Septiwijaya mengatakan banyak sentimen positif yang mengiringi emiten operator telekomunikasi untuk 2021 nanti, salah satunya adalah implementasi kerja sama penggunaan spektrum frekuensi alias spectrum sharing.

Menurutnya, penerapan aturan yang menginduk pada UU Cipta Kerja tersebut akan bisa menguntungkan kedua pihak baik yang menyewakan maupun yang disewakan karena dinilai lebih efisien dan pemanfaatan spektrum lebih optimal. “Terutama dalam rangka persiapan jaringan 5G,” katanya kepada Bisnis, Senin (28/12/2020). 

Adapun, dia juga melihat tidak ada dampak yang terlalu signifikan dari sharing spektrum ini terhadap kinerja emiten menara telekomunikasi, karena secara outlook penyewaan menara masih akan cukup tinggi seiring ekspansi yang terus dilakukan para emiten operator seluler.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menambahkan, para operator telko dapat menekan biaya operasional dengan implementasi skema kerja sama tersebut. Pun, emiten menara turut merasakan dampak positif karena secara tidak langsung juga ada efisiensi biaya. “Rasio tenannya [tenancy ratio] bisa meningkat bagi emiten yang memang rasionya masih kecil,” kata dia.

Faktor kedua yang akan mendorong kinerja emiten telko adalah pengembangan jaringan 5G yang semakin digenjot, khususnya bagi emiten yang berhasil memenangkan lelang frekuensi tambahan yakni TLKM melalui PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) dan FREN. Sukarno berpandangan kinerja emiten memenangkan lelang bisa lebih menarik. Dia menyebut pelaku pasar bisa mulai membeli saham-saham ini karena ada potensi kenaikan harganya nantinya.

Senada, Anissa juga menyebut emiten yang memenangkan lelang memiliki prospek positif karena mereka memiliki frekuensi tambahan untuk menunjang bisnis mereka dan dapat mendorong kinerja emiten tersebut lebih baik di tahun yang akan datang.

Meskipun demikian, Anissa melihat tak ada dampak negatif bagi emiten yang tak mengikuti lelang frekuensi 2.3 GHz kemarin, yakni EXCL dan ISAT. Pasalnya, ISAT mengklaim masih memiliki frekuensi yang cukup.

Di sisi lain, lelang frekuensi juga masih akan digelar dalam bebarapa waktu ke depan. “Jadi untuk yang tidak ikut lelang masih memiliki peluang di lelang frekuensi mendatang,” imbuh Anissa.

Sentimen selanjutnya datang dari ISAT. Emiten telekomunikasi berwarna kuning yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Ooredoo Asia Pte. Ltd. ini dikabarkan akan segera merger dengan PT Hutchison 3 Indonesia (Tri), anak usaha CK Hutchison Holdings Limited.

Seperti diketahui, kedua induk perusahaan yakni CK Hutchison Holdings Limited (CK Hutchison) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Ooredoo Q.P.S.C. (Ooredoo) untuk menggabungkan bisnis telekomunikasi di Indonesia.

Dilansir dari laman CK Hutchison, Senin (28/12/2020), perwakilan CK Hutchison Holdings Limited Hans Leung mengatakan bahwa saat ini proses negosiasi tengah mencapai tahap pembahasan potensi transaksi untuk menggabungkan Tri dan Indosat.

Namun, meski telah menandatangani MoU, Hans menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan tetap yang mengikat diambil untuk melanjutkan transaksi ataupun tidak melanjutkan.

Anissa mengatakan, jika aksi merger tersebut benar-benar terjadi dapat menguntungkan kedua pihak, baik ISAT dan Tri. Dia menuturkan, salah satu yang diduga menjadi latar belakang merger ini adalah hal terkait beban penggelaran jaringan di desa-desa sebagai salah satu syarat perpanjangan spektrum frekuensi.

“Merger akan meringankan beban penggelaran jaringan di desa-desa. Tak hanya lebih efisien, merger juga dapat meningkatkan nilai tambah pada industri seluler,” tutur dia.

Isu lain yang tak bisa dipisahkan dari industri telko di tahun depan adalah aksi penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) anak usaha TLKM, yakni PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel).

Entitas anak Telkom yang bergerak di bidang menara telekomunikasi ini direncanakan melantai di Bursa pada 2021 mendatang. Anissa menilai kehadiran Mitratel di pasar modal dapat memberikan nilai tambah serta memperkuat posisi Telkom. Di sisi lain, dengan melakukan IPO Mitratel mendapatkan dana segar dan bisa digunakan sebagai belanja modal, sehingga rasio hutang bisa terjaga.

Sukarno juga berpandangan demikian. Menurutnya, prospek Mitratel akan menarik mengingat kebutuhan akan permintaan konsumsi data internet terus meningkat dan tuntutan peningkatan kualitas layanan yang baik menciptakan kebutuhan untuk tambahan menara dan kabel serat optik. “Secara tidak langsung TLKM ikut berdampak positif karena Mitratel merupakan anak usaha TLKM. Kepemilikan TLKM terhadap Mitratel saat ini 100 persen,” katanya.

Untuk itu, Kiwoom Sekuritas merekomendasikan “beli” untuk TLKM, ISAT, dan EXCL. Untuk TLKM target harga 4410 dan 4500, ISAT 6600 dan 7350, serta EXCL target harga 3190 dan 3660. Adapun FREN direkomendasikan “beli bertahap” dengan target harga 84 dan 96. 

Sementara Reliance Sekuritas merekomendasikan “beli” untuk TLKM dengan target harga 4040, begitu pula untuk EXCL dengan target harga 3320, sedangkan untuk ISAT dan FREN masih dalam tinjauan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper