Bisnis.com, JAKARTA — Pada 29 tahun silam, taipan Oei Ek Tjhong alias Eka Tjipta Widjaja pendiri grup Sinar Mas dan taipan Liem Sioe Liong atau lebih dikenal dengan Sudono Salim, pemilik grup Salim, sepakat untuk ‘pisah ranjang’ di PT Unggul Indah Corporation (UIC), yang kini dikenal sebagai emiten dengan nama PT Unggul Indah Cahaya Tbk. (UNIC).
Kedua taipan tersebut kala itu sedang saling ‘berperang’ untuk membesarkan industri minyak gorengnya sehingga butuh konsentrasi tingkat tinggi. grup Salim mengandalkan minyak goreng Bimoli, sedangkan grup Sinar Mas bermain dengan minyak goreng Filma.
Menariknya, kedua konglomerasi besar itu saling berbagi manajemen di Bimoli dan Filma. Grup Salim, yang memiliki saham mayoritas (80 persen) di Bimoli menguasai manajemen dan sisanya dimiliki oleh grup Sinar Mas.
Sebaliknya, Sinar Mas menangani manajemen Filma dengan menguasai 80 persen kepemilikan saham, sedangkan Salim hanya 20 persennya.
Adapun, Bimoli, yang merupakan singkatan dari Bitung Manado Oil Limited, sejatinya didirikan oleh Eka Tjipta pada 1968 di Manado, Sulawesi Utara. Belakangan, Bimoli beralih ke Salim dan akhirnya Sinar Mas membangun brand Filma.
Nah, pada 27 Agustus 1991, dalam artikel utama di halaman muka Bisnis Indonesia dengan judul Komitmen Salim Group atas UIC Kian Dipertajam, pimpinan Sinar Mas Group (SMG)—Eka Tjipta Widjaja, Sukmawati Widjaja, dan Muchtar Widjaja— diberitakan mundur dari dewan direksi dan komisaris PT Unggul Indah Corporation (UIC).