Bisnis.com, JAKARTA – Harga saham PT Perkebunan London Sumatra Tbk. (LSIP) diperkirakan bisa menyentuh level Rp1.700 hingga akhir tahun di tengah tekanan terhadap industri minyak sawit.
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa merekomendasikan beli sebab kaki bisnis Grup Salim dalam perkebunan itu memiliki peluang kembali ke level Rp1.700 per saham. Adapun harga penutupan (13/3/2020) terparkir di level Rp705 menguat 1,44 persen. Meski jika ditarik lebih panjang selama tahun berjalan, anak usaha PT Salim Ivomas Pratama Tbk. (SIMP) itu telah susut 52,53 persen.
“Target itu berdasarkan estimasi kami kalau pendapatan perusahaan bakal naik 28 persen tahun ini karena kenaikan harga jual sebesar 31,5 persen,” ungkap Yasmin dalam risetnya yang dikutip Minggu, (15/3/2020).
Riste itu menyebutkan LSIP dapat membukukan pendapatan Rp5,08 triliun. Dengan estimasi ini perusahaan dapat menaikkan laba bersih hingga 290 persen pada tahun ini ke posisi Rp908 miliar. Adapun sepanjang 2019, anak usaha Grup Salim itu membukukan pendapatan sebesar Rp3,69 triliun dengan laba bersih Rp254 miliar.
Yasmin berasumsi tahun ini harga crude palm oil (CPO) bakal berada di kisaran MYR2.800 per ton naik 31,5 persen dibandingkan dengan tahun lalu.
“Penyebaran virus corona telah menjadi katalis negatif yang mendorong turun harga CPO ke bawah MYR2.700 per ton. Namun, program B30 masih bisa menjadi penopang permintaan domestik yang kuat,” katanya.
Baca Juga
Sementara itu, Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Andy Wibowo pun merekomendasikan beli untuk LSIP dengan target harga Rp1.600 per saham. Menurutnya, tahun ini PER perseroan bisa menyentuh 16,5 kali dengan PBV 0,9 kali dan return on equity (ROE) 5,2 persen.
“Kami mengubah metodologi penilaian kami dari target EV/Ha menjadi DCF. Kami menggunakan pertumbuhan terminal 3,0 persen dan WACC 17,3 persen untuk mendapatkan target harga untuk LSIP. Kami juga menggunakan margin keamanan 25 persen,” katanya.
Andy mengatakan harga CPO tahun ini akan berada di kisaran MYR2.500 per ton. Hal ini, lanjutnya, bisa mendorong pendapatan LSIP ke level Rp4,1 triliun dengan laba bersih sebesar Rp501 miliar.
Lebih jauh, Andy menyatakan perseroan bisa bertahan di kondisi industri yang sulit karena tidak memiliki utang jangka pendek dan panjang. “Kami rasa ini akan menjadi kelebihan yang kompetitif bagi LSIP,” pungkasnya.