Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah terjerembab pada akhir perdagangan Kamis (23/5/2019), tertekan aksi penghindaran risiko oleh para investor akibat memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Juli 2019 anjlok nyaris 6 persen atau US$3,51 dan ditutup di level US$57,91 per barel di New York Mercantile Exchange.
Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Juli 2019 anjlok 4,5 persen dan berakhir di level US$67,76 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London.
Harga minyak di New York membukukan penurunan tertajamnya sejak 24 Desember 2018, sedangkan bursa saham AS merosot setelah China menyerang sanksi-sanksi yang dilancarkan pemerintah AS dan anggota parlemen AS mengusulkan larangan pada teknologi 5G China.
Hari terburuk yang dialami minyak sepanjang tahun 2019 itu terjadi di tengah semakin suramnya perdagangan dunia dan membengkaknya jumlah stok minyak mentah di AS yang membangkitkan kembali kekhawatiran akan kelebihan suplai global.
Pada saat yang sama, rilis data pertumbuhan sektor swasta yang lesu dari Eropa menambah kekhawatiran tentang mandeknya pertumbuhan di China.
“Sepertinya kita akan bercokol dalam perang dagang, yang benar-benar akan mengurangi permintaan minyak mentah,” ujar Tariq Zahir, commodity fund manager di Tyche Capital Advisors LLC., New York.
Sementara itu menurut Gene McGillian, wakil presiden riset di Tradition Energy, sebagian investor mungkin telah menutup pertaruhan optimistis mereka menjelang liburan akhir pekan Memorial Day di AS.
Kekhawatiran mengenai isu perdagangan dan meningkatnya stok minyak AS telah menahan rally yang mendorong minyak acuan AS melonjak 41 persen selama empat bulan pertama tahun ini.
Ancaman pasokan yang memicu kenaikan harga minyak tetap ada, termasuk perang antara Arab Saudi dan Iran, pemadaman produksi di Rusia, Nigeria, Venezuela, dan Libya, serta pemangkasan produksi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan aliansinya (OPEC+) yang mungkin diperpanjang hingga akhir 2019.
Kendati demikian, harga minyak WTI berada di bawah rata-rata pergerakan 200 hari untuk pertama kalinya sejak awal April. Oleh sebagian analis dan investor, level ini dipandang sebagai sinyal jual lebih lanjut.
“Investor minyak harus terbiasa dengan banyaknya volatilitas,” ujar Chief Executive Officer ConocoPhillips Ryan Lance. “Pasar minyak global umumnya tetap dipasok dengan baik, tetapi juga seimbang tipis antara penawaran dan permintaan.”
Pergerakan minyak mentah WTI kontrak Juli 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
23/5/2019 | 57,91 | -3,51 poin |
22/5/2019 | 61,42 | -1,71 poin |
21/5/2019 | 63,13 | -0,08 poin |
Pergerakan minyak mentah Brent kontrak Juli 2019 | ||
---|---|---|
Tanggal | Harga (US$/barel) | Perubahan |
23/5/2019 | 67,76 | -3,23 poin |
22/5/2019 | 70,99 | -1,19 poin |
21/5/2019 | 72,18 | +0,21 poin |
Sumber: Bloomberg