Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Batu Bara 2019 Emiten Kakap Konservatif, Bakrie & Sinarmas Agresif

Sejumlah emiten pertambangan batu bara kelas kakap cenderung memberikan panduan produksi yang konservatif pada 2019.
Pekerja berjalan di atas timbunan batu bara, di Asam-asam, Kalimantan Selatan./Bloomberg-Dadang Tri
Pekerja berjalan di atas timbunan batu bara, di Asam-asam, Kalimantan Selatan./Bloomberg-Dadang Tri

Bisnis.com, JAKARTA—Sejumlah emiten pertambangan batu bara kelas kakap cenderung memberikan panduan produksi yang konservatif pada 2019.

Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, emiten yang mencanangkan kenaikan produksi batu bara paling tinggi pada 2019 ialah PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) dan PT Golden Energy Mines Tbk. (GEMS). Masing-masing emiten merupakan entitas Grup Bakrie dan Grup Sinarmas.

Adapun, di peringkat II dan III, yakni PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) dan PT Indika Energy Tbk. (INDY), memberikan estimasi produksi batu bara yang cenderung moderat pada tahun depan, atau cenderung serupa seperti 2018.

Direktur & Corporate Secretary Bumi Resources Dileep Srivastava mengungkapkan volume produksi batu bara perseroan pada tahun ini sekitar 80 juta—83 juta ton. Adapun, produksi pada tahun depan dapat mencapai 90-an juta ton, yang berasal dari dua anak usaha, yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia (AI).

“Produksi batu bara BUMI pada 2019 sekitar 90 juta ton lebih,” tuturnya saat dihubungi, Selasa (18/12).

Dari sisi harga jual, perseroan berharap memeroleh nilai yang lebih tinggi. Pasalnya, AI siap meningkatkan produksi batu bara kalori tinggi.

Chief Executive Officer Arutmin Indonesia Ido Hutabarat menyampaikan, perseroan sudah mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) 2019 ke Kementerian ESDM. Jumlah produksi diestimasi naik 10% menjadi 31,9 juta ton dari 2018 sejumlah 29 juta ton.

“Sampai akhir 2018 kami yakin memenuhi target 29 juta ton, tahun depan naik 10%,” tuturnya.

Tahun depan, perseroan juga mengestimasi produksi batu bara kalori tinggi naik 10% dari panduan 2018 sebesar 3 juta—4 juta ton. Dari sisi harga, diperkirakan pada 2019 rerata produk kalori tinggi stabil di kisaran US$90 per ton, sedangkan kalori rendah di level US$35 per ton.

Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir menyampaikan, pada tahun depan, perusahaan memperkirakan produksi batu bara cenderung sama seperti target 2018, yakni sejumlah 54 juta—56 juta ton.

“Langkah ini dilakukan karena Adaro sudah memiliki rencana jangka panjang sekaligus menjaga tingkat persediaan cadangan,” ujarnya.

Di luar batu bara thermal, perusahaan berupaya meningkatkan produksi cooking coal Kestrel Coal Resources Pty Ltd. (Kestrel) dan Adaro MetCoal (AMC) menjadi 6 juta—7 juta ton pada 2019.

Managing Director & Chief Executive Officer Indika Energy Azis Armand menyampaikan, pengaruh permintaan, perekonomian global, hingga politik dagang berpeluang memengaruhi pasar batu bara pada 2019.

“PT Kideco Jaya Agung masih menjadi motor utama pemasukan INDY. Tahun depan, target produksi Kideco masih sama seperti 2018, yakni 34 juta ton,” imbuhnya.

Adapun, produksi anak usaha lainnya yang memiliki aset batu bara kalori tinggi, PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU), akan mengikuti persetujuan RKAB. Tahun ini, produksi MUTU diperkirakan mencapai 1,3 juta ton.

Sekretaris Perusahaan Golden Energy Mines Sudin menuturkan, perusahaan sudah mengajukan RKAB 2019 dengan rencana total produksi batu bara sekitar 30 juta ton. Tahun ini, GEMS menargetkan produksi 22 juta—23 juta ton.

Direktur Utama Bukit Asam Arviyan Arifin menyampaikan, PTBA menargetkan produksi batu bara tahun depan sejumlah 27-an juta ton. Tahun ini, panduan produksi ialah 25,54 juta ton.

“Jumlah tersebut [27 juta ton] sudah mencakup perkiraan batu bara kalori tinggi,” ungkapnya.

Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah menyampaikan, pada tahun depan perusahaan akan meningkatkan produksi dan penjualan batu bara kalori tinggi sekitar 3,5 juta—4 juta ton. Volume itu meningkat signifikan dari estimasi produksi tahun ini di kisaran 1 juta—1,5 juta ton.

Pada tahun ini, perseroan mulai memasarkan produk premium ke pasar ekspor pada Agustus 2018. Kisaran kualitas kalori batu bara tersebut ialah 6.100—6.700 Kcal/kg.

Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali menyampaikan, pada tahun depan, perseroan memprediksi produksi akan meningkat 500.000—1 juta ton, sehingga total output mencapai 23 juta ton—23,5 juta ton. Angka penjualan nantinya akan sejalan dengan kenaikan produksi itu.

Tabel Panduan Produksi Batu Bara Emiten (Juta ton)

Emiten                  2017       2018*    2019*

BUMI                    83,7        80—83  90                          

ADRO                    52,64     54—56  54—56

INDY**                 33           34           34

GEMS                    15,6        22—23  30

PTBA                     24,06     25,54     27

ITMG                     22,1        22,5        23—23,5

 * Estimasi produksi

**Dari anak usaha PT Kideco Jaya Agung

 Sumber: Pemberitaan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper