Bisnis.com, JAKARTA – Harga kakao tergelincir, turun ke bawah rata-rata pergerakan harga dalam 50 hari karena ada tanda bahwa pasokan melimpah dari Pantai Gading, produsen kakao terbesar di dunia.
Sementara itu, harga kopi berhasil rebound setelah terperosok 3,6% pada perdagangan Senin (22/10), catatan penurunan terbesar selama 16 bulan terakhir.
Jumlah kakao yang datang ke pelabuhan Pantai Gading pada pekan 21 Oktober naik 63% secara year-on-year (yoy). Sedangkan, jika terhitung sejak 1 Oktober, jumlah pasokan yang masuk ke pelabuhan naik 61% yoy.
Wakil Presiden Price Futures Group Jack Scoville mengatakan bahwa outlook produksi yang menguat pada tahun depan sudah cukup kuat untuk menggeser sentimen pasar terhadap komoditas kakao saat ini.
“Produksi dan panen di Pantai Gading dan Ghana cukup tinggi, tetapi sudah ada sedikit penurunan dari Nigeria,” ujar Scoville, dikutip dari Bloomberg, Rabu (24/10/2018).
Pada Rabu (24/10) harga kakao di bursa Intercontinental Exchange (ICE) mengalami penurunan 33 poin atau 1,49% menjadi US$2.187 per ton setelah pada sesi perdagangan hari sebelumnya naik 58 poin atau 2,68% di US$2.220 per ton. Sepanjang tahun ini harganya tercatat naik 15,59% secara year-to-date (ytd).
Kemudian, harga kopi di ICE naik 3,45 poin atau 2,93% menjadi US$121,10 sen per pon setelah sempat menyentuh US$116,35 sen per pon pada perdagangan sebelumnya. Harga kopi di ICE membukukan penurunan 4,04% sepanjang 2018 berjalan.
Kemudian, untuk komoditas kopi, Direktur Comexim, perusahaan perdagangan kopi di AS, Rodrigo Costa menyebutkan bahwa pasar kopi tengah menuju keseimbangan setelah terjadi perubahan besar dalam beberapa waktu belakangan ini.