Bisnis.com, JAKARTA – Cadangan minyak kelapa sawit di Malaysia kemungkinan akan stabil pada September karena ekspor dari produsen CPO terbesar kedua di dunia melonjak ke titik tertinggi selama tiga dekade meskipun produksinya merangkak naik.
Data Malaysian Palm Oil Board menunjukkan cadangan minyak kelapa sawit (crude pam oil/CPO) diperkirakan totalnya mencapai 2,49 juta ton pada September, tidak berubah dari jumlahnya pada Agustus. Ekspornya naik sekitar 50% menjadi 1,65 juta ton, kenaikan bulanan terbesar sejak Maret 1991.
Sementara itu, produksi CPO Malaysia naik 15% menjadi 1,86 juta ton, kenaikan terbesar sejak Maret dan mencapai jumlah tertinggi sejak November tahun lalu.
Analis perkebunan di MIDF Amanah Investment Bank Bhd. Alan Lim menyatakan bahwa ekspor CPO Malaysia melonjak pada September karena pajak ekspor Malaysia dihapuskan menjadi 0%, sejalan dengan pelemahan harga CPO sebelumnya.
“Dengan Malaysia yang kini mempertahankan ekspor bebas pajak pada Oktober ini, pengiriman diperkirakan akan semakin kuat, jadi harganya mungkin masih akan naik tapi dengan laju yang lebih lambat,” kata Alan, dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/10/2018).
Harga patokan CPO di Bursa Malaysia Dervatif (MDE) sudah mencatatkan penurunan lebih dari 12% sepanjang 2018 karena kenaikan produksi dari dua produsen terbesar dunia, Indonesia dan Malaysia, bersamaan dengan kekhawatiran akan permintaan dari India dan Malaysia.
Baca Juga
Kenaikan produksi pada September tersebut jauh dari kenaikan produksi dengan rata-rata 2% selama 10 tahun terakhir. Kestabilan jumlah cadangan tersebut dapat menopang harga CPO untuk jangka pendek.
Impor Malaysia pun turun, diperkirakan hanya mencapai 70.000 ton dibandingkan dengan jumlah pada Agustus mencapai 80.191 ton. Selain itu, konsumsi CPO domestiknya akan berkisar antara 240.000 dan 330.000 ton.