Bisnis.com, JAKARTA – Harga karet menghijau setelah mata uang Jepang melemah ke titik terendahnya di hadapan dolar AS selama setahun belakangan sehingga memacu pembelian barang berdenominasi yen oleh investor luar negeri.
Analis Yutaka Shoji, Gu Jiong, mengungkapkan bahwa perdagangan karet berjangka di Tokyo juga meningkat karena nilainya terus turun jika dibandingkan dengan harga karet fisik setelah pengirim dari Thailand meningkatkan penawaran.
Adapun, Gu Jiong mengungkapkan bahwa penguatan harga di pasar minyak mentah membuat spekulasi harga pada karet sintetik terus naik karena berkaitan erat dengan kenaikan harga minyak.
Pada Kamis (4/10), yen tercatat melemah 0,24 poin atau 0,21% di hadapan dolar AS menjadi 114,29 yen per dolar AS setelah laporan upah dan layanan swasta AS menguat melebihi ekspektasi yang membuat indeks dolar melanjutkan penguatan di hadapan yen.
Selain itu, indeks dolar yang menjadi tolok ukur kekuatan greenback di hadapan sejumlah mata uang utama tercatat menguat 0,32% menjadi 96.09 poin.
“Selain itu, data AS selanjutnya berupa non-farm payroll (NFP) pada Jumat (5/10) juga diperkirakan akan semakin memperpanjang penguatan dolar AS dengan target jangka pendek pada 114,73 yen per dolar AS dan lanjut menyamai level pada Maret 2017 di 115,51 yen per dolar AS,” kata Kazuki Yahagi, Asisten Wakil Presiden Pasar Global di Sumitomo Mitsui Trust Bank, dikutip dari Bloomberg, Kamis (4/10/2018).
Pada perdagangan Kamis (4/10), harga karet di Tokyo Commodity Exchange (TOCOM) menghijau 0,20 poin atau 0,12% menjaid 169 yen per kilogram setelah sebelumnya sempat menguat ke 172,4 yen per kilogram pada Selasa (2/10). Selama tahun berjalan, harga karet TOCOM tercatat melemah 22,49%.
Bangkok melakukan penawaran pembelian dengan harga 47,7 baht per kilogram, naik dari sebelumnya hanya sekitar 46 baht per kilogram pada akhir pekan lalu, terdorong oleh spekulasi bahwa permintaan dari China akan terangkat setelah kembali dari libur panjang.