Bisnis.com, JAKARTA—PT PP Properti Tbk. akan menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I Tahap I Tahun 2018 senilai Rp1 triliun yang mana proses penawarannya sudah dimulai sejak Senin (28/5/2018). Dalam emisi ini, PP Properti mengantongi rating BBB+ dari PT Fitch Ratings Indonesia.
Adapun, Fitch sendiri baru saja menaikkan peringkat emiten dengan kode saham PPRO ini dari BBB pada 2017 lalu menjadi BBB+ tahun ini. Dengan demikian, obligasi berkelanjutan yang untuk pertama kalinya diterbitkan PPRO ini memiliki peringkat yang cukup tinggi.
Menariknya, tahun lalu PPRO baru saja mengalami penurunan peringkat oleh lembaga pemeringkat lokal, yakni PT Pemeringkat Efek Indonesia atau Pefindo dari idBBB+ menjadi idBBB.
Outlook yang diberikan adalah stabil yang mengindikasikan belum ada potensi peningkatan lanjutan dalam jangka menengah. Peringkat tersebut berlaku hingga 1 Agustus 2018.
Pemeringkatan itu mencakup PPRO sebagai penerbit, obligasi umum, sejumlah MTN yang telah diterbikan PPRO, dan obligasi pertama perseroan tahun 2016 lalu.
Indaryanto, Direktur Keuangan PPRO, mengatakan bahwa tidak ada maksud yang tersembunyi di balik pemilihan rating dari Fitch dibandingkan dengan Pefindo dalam emisi obligasi berkelanjutan ini.
Baca Juga
Perseroan hanya ingin mencoba menggunakan lembaga pemeringkat yang terafiliasi dengan lembaga pemeringkat internasional sebagai langkah awal untuk menjajaki peluang pasar yang lebih besar.
“Sehingga suatu saat siapa tahu obligasi kita juga diminati oleh pembeli asing, atau siapa tahu for the next time kita juga akan listing bond di Singapura dan sebagainya, sehingga kita pakai dulu Fitch yang notabene adalah perusahaan afiliasi luar negeri,” katanya dalam acara konverensi pers usai investor gathering dalam rangka bookbuilding obligasi berkelanjutan PPRO, Senin (28/5/2018).
Indaryanto tidak menjelaskan lebih jauh rencana perseroan untuk mencoba menjaring pendaan dari pasar global. Menurutnya, perseroan secara bertahap akan terus mencoba beragam alternatif pembiayaan dari pasar modal, sehingga tidak menutup kemungkinan dari pasar global juga.
Setelah IPO, perseroan sudah mencoba menggar rights issue yang disertai stock split. Selanjutnya, perseroan juga sudah mencoba menerbitkan MTN yang merupakan instrumen surat utang yang lebih tertutup.
Pada 2016 untuk pertama kalinya perseroan mencoba menerbitkan obligasi dan tahun ini untuk pertama kalinya perseroan mencoba menerbitkan obligasi berkelanjutan.