Bisnis.com, JAKARTA – Harga gas alam bergerak fluktuatif dan cenderung stganan di level US$2,7 per million british thermal unit (MMBtu) dalam 10 hari terakhir.
Pada perdagangan Kamis (15/3), harga gas alam kontrak teraktif April 2018 di New York Merchantile Exchange (NYMEX) rebound menuju level US$2,734 pada pukul 16.22 WIB dari pelemahan sesi sebelumnya
Pada penutupan perdagangan Rabu (14/3), harga turun 5,5 poin atau hampir 2% menuju US$2,731 per million british thermal unit (MMBtu) setelah mengalami penguatan 2 hari berturut-turut di level US$2,79 MMBtu.
The Weather Company memproyeksikan terjadinya suhu di bawah normal di Northeast, bagian dari Midwest pada periode 18-23 Maret 2018. Kondisi tersebut mendorong permintaan yang lebih banyak untuk digunakan sebagai alat pemanas.
Ditambah kondisi di kawasan Amerika Serikat yang tengah ditimpa serangan badai Nor’easter yang menyebabkan salju yang lebar di kawasan Pantai Timur.
“Badai Nor’easter terbaru ini telah menghasilkan permintaan alat pemanas yang lebih banyak dari yang diperkirakan,” kata analis Again Capital John Kidluff, seperti dilansir Bloomberg.
Berdasarkan survei Bloomberg terhadap 15 analis, persediaan gas kemungkinan turun 98 billion cubic feet (bcf) pada minggu lalu dibanding rata-rata 5 tahun yang turun 97 bcf. Rentang perkiraannya ialah penurunan sebesar 86-107 bcf.
Sementara itu, pelemahan harga hampir 2% yang terjadi pada Rabu (14/3) disinyalir merupakan efek dari cuaca dingin yang terlihat lebih lemah pada akhir Maret.
“Di kawasan New York pada 23 Maret bisa turun menjadi 33 derajat fahrenheit [1 celcius] di bawah normal, kemudian naik ke 49 derajat pada 28 Maret,” papar AccuWeather.
“Harga mundur karena pedagang mengambil keuntungan pada pekan sebelumnya,” kata Vice President of energy trading FCStone Amerika Latin LLC Tom Saal.