Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang dolar AS mendapat peluang penguatan sejak sesi perdagangan Kamis dan hingga pagi ini kendati masih ada kekhawatiran akan ketidakpastian nasib reformasi pajak AS.
Pada perdagangan Kamis (14/12/2017), dolar AS ditutup menguat 0,32% menuju level 93,70. Penguatan berlanjut hingga pada perdagangan Jumat (15/12/2017) yang terpantau menguat 0,069 poin atau 0,07% menjadi 93.558 pada pukul 09.20 WIB.
Asia Trade Point Futures dalam publikasi risetnya mengatakan bahwa penguatan dolar AS dipicu oleh tersajinya data ekonomi AS yang positif.
Tercatat, core retail sales AS periode November 2017 tumbuh di angka 1,0%. Di samping itu, data retail sales AS juga tumbuh hingga 0,8%. Sementara data klaim pengangguran mingguan AS mengalami penurunan hingga 225.000 jiwa.
“Solidnya data ini menjadi sentimen positif terhadap pertumbuhan ekonomi AS dan berdampak pada indeks dolar AS yang ditutup menguat,” kata ATPF, Jumat (15/12).
Kendati demikian, pelaku pasar masih memperhatikan adanya ketidakpastian terkait reformasi pajak yang berdampak pada tertekannya dolar AS.
Sementara itu, mata uang euro mengalami pelemahan akibat sentimen dari European Central Bank (ECB) yang menyatakan bahwa suku bunga akan tetap dan rencana tapering tidak berubah.
Euro mengalami tekanan hingga ke level 1,1778 pada penutupan perdagangan Kamis (14/12) dari level 1,1826 pada sesi perdagangan sebelumnya.
Namun, euro akan diuntungkan dari pelemahan dolar AS di tengah kekhawatiran terkait keputusan antara anggota parlemen mengenai reformasi pajak dan mengungkap optimisme mengenai pelonggaran fiskal.
“Euro telah mendapat potensi lebih besar untuk mengungguli dolar AS,” kata John Goldie, dealer valas di Argentex, seperti dilansir Bloomberg, Jumat (15/12).