Bisnis.com, JAKARTA – PT Barito Pacific Tbk. (BRPT) bakal menggenjot tiga aset panas bumi usai merampungkan transaksi akusisi saham yang diharapkan selesai pada akhir Maret 2018. Ketiga aset panas bumi itu adalah Wayang Windu, Salak dan Darajat.
Wakil Direktur Utama PT Barito Pacific Tbk. Rudy Suparman menambahkan dengan mengakuisisi Star Energy, maka perseroan akan memiliki keuntungan dari sisi kestabilan EBITDA. Dia mengungkapkan dalam bisnis panas bumi, perseroan berharap bisa menjaga kapasitas produksi di level 100%. Dengan demikian, harapannya pendapatannya akan stabil karena tarif juga flat.
“Barito akan menikmati kestabilan dari EBITDA dengan masuknya Star Energy,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (13/12/2017).
Rudy menambahkan belanja modal (capital expenditure/capex) pada tahun depan untuk Star Energy akan dialokasikan untuk pengeboran untuk menjaga kapasitas uap di proyek Wayang Windu, Salak dan Darajat. Oleh karena itu, perseroan saat ini juga tengah menyeleksi kontraktor jasa servis untuk melakukan kegiatan pengeboran pada ketiga aset tersebut. Salah satu opsi yang ditawarkan ke kontraktor adalah penyewaan rig secara jangka panjang, misalnya dengan penyewaan hingga 10 tahun.
Pasalnya, perseroan berencana menerapkan pola rotasi, misalnya pada tahun pertama pengeboran dilakukan di aset Wayang Windu, lalu kemudian di tahun berikutnya dipindah dan dilakukan di aset Salak. Pada tahun selanjutnya, menuju aset Darajat.
Selain ketiga aset tersebut, perseroan juga akan melanjutkan studi untuk dua aset panas bumi lainnya yakni Suoh Sekincau dan Halmahera. Pada dua aset ini, lanjutnya, Star Energy telah melakukan pre-elimenary study atau studi awal dan hasilnya cukup baik.
Saat ini, kedua aset tersebut masik dalam diskusi dengan pemerintah untuk penentuan wilayah kerja pertambangan (WKP) sebelum akhirnya memulai pengeboran eksplorasi untuk penentuan cadangan sebelum akhirnya menuju level perjanjian jual beli listrik (power purchase agreement/PPA).
“Ini dua resources besar. Dua aset ini masih dalam tahap planning sehingga sulit untuk ditargetkan. Tapi kami berharap dalam waktu lima tahun itu bisa dikembangkan,” ujarnya.