Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi Arab Saudi mengatakan OPEC dan mitranya harus mengumumkan perpanjangan kesepakatan produksi mereka dalam pertemuan akhir bulan November mendatang.
Dilansir Bloomberg, Menteri Energi Arab Saudi, Khalid Al-Falih mengatakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin mengurangi persediaan minyak berlebih ke level rata-rata saat kesepakatan tersebut berakhir pada Maret 2018.
Sementara itu, Rusia, yang menjadi rekan OPEC dalam kesepakatan tersebut, masih belum yakin bahwa diperlukan adanya keputusan pada pertemuan 30 November mendatang.
"Kita perlu menyadari bahwa pada akhir Maret kita tidak akan berada pada level output yang kita inginkan, yang berada pada lelel rata-rata lima tahun terakhir," kata al-Falih, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (17/11/2017).
"Hal ini berarti perpanjangan kesepakatan sangat dibutuhkan. Preferensi saya adalah memberikan kejelasan ke pasar, dan mengumumkan pada 30 November apa yang akan kita lakukan," lanjutnya.
Al-Falih menambah,an, Arab Saudi telah melakukan konsultasi "ekstensif" dengan Rusia dan merasa "yakin sepenuhnya" bahwa negara tersebut akan sepenuhnya menyetujui ketika ada kesepakatan yang dibuat.
Dia mengatakan bahwa investasi asing di Arab Saudi, termasuk rencana penjualan saham perusahaan minyak negara, tidak akan terpengaruh oleh serangkaian penangkapan pejabat.
“Penangkapan tersebut adalah urusan dalam negeri yang sangat terbatas, dan pemerintah hanya melakukan pembersihan internal rumah untuk sesuatu yang sudah terlambat," katanya.
OPEC akan memastikan bahwa "strategi keluar" dari kesepakatan saat ini akan menjadi penyesuaian bertahap yang mencegah kembalinya situasi pasokan berlebih.
Saudi secara khusus mengurangi ekspor ke AS selama kesepakatan karena pasar tersebut kelebihan pasokan, dan pemangkasan output akan dibatalkan setelah kesepakatan berakhir, kata Al-Falih..