Bisnis.com, JAKARTA—PT Unilever Indonesia Tbk. tahun ini menganggarkan belanja modal hingga Rp2 triliun, yang Rp1,4 triliun diantaranya dikucurkan guna membiayai ekspansi kapasitas produksi.
Tevilyan Yudhistira Rusli, Direktur Unilever Indonesia, mengatakan ekspansi kapasitas produksi dilakukan pada sembilan pabrik yang saat ini dimiliki perseroan dengan basis bisnis barang konsumsi tersebut.
Sisanya, yaitu sekitar Rp600 miliar digunakan perseroan untuk merampungkan pembangunan kantor pusat baru di kawasan BSD, Tangerang, Banten. Kantor pusat anyar tersebut menurutnya menelan investasi hingga Rp1 triliun, yang sebagian dananya sudah diserap tahun lalu.
Dia menyebut, hingga Mei lalu anggaran belanja modal yang telah diserap baru mencapai Rp450 miliar baik untuk kebutuhan ekspansi kapasitas produksi maupun pembangunan head office.
“Sebagian besar anggaran belanja modal berasal dari kas internal sedangkan sekitar 15% hingga 20% merupakan pinjaman jangka pendek. Untuk perluasan kapasitas produksinya ditingkatkan berapa persen tidak bisa kami katakana,” katanya, dalam acara paparan publik perseroan, Selasa (14/6).
Ditemui dalam kesempatan yang sama, Sancoyo Antarikso, Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan, mengatakan perluasan kapasitas produksi ditempuh pihaknya untuk mengatrol kinerja perseroan ke depan. Akan tetapi, pihaknya enggan menyebut target pertumbuhan yang dibidik tahun ini.
“Kebijakan kami memang tidak bisa menyebut target yang ingin dicapai, namun kami optimistis kinerja tahun ini akan lebih baik. Itu disebabkan kondisi ekonomi yang lebih stabil dari tahun lalu,” ujarnya.
Akan tetapi pihaknya menggambarkan, tahun ini total pasar barang konsumsi akan naik di kisaran 5% hingga 7%. Manajemen perseroan berharap dapat membukukan pertumbuhan di atas angka tersebut.
Sebagai gambaran, pada 2015 penjualan emiten bersandi UNVR tersebut mencapai Rp36,48triliun dengan laba Rp5,85 triliun. Penjualan itu tumbuh sekitar 5,7% dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp34,51 triliun. Adapun laba 2015 turun tipis sekitar 1% dari tahun sebelumnya sebesar Rp5,92 triliun.
Sementara itu, pada kuartal I/2016 perseroan mencatatkan penjualan Rp9,98 triliun atau naik sekitar 6,1% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp9,41 triliun. Adapun laba pada tri wulan pertama tahun ini turun 1,3% menjadi Rp1,57 triliun dari Rp1,59 triliun.
Raihan UNVR tersebut membuatnya masuk ke dalam lima besar kontributor Unilever global bersama Amerika Serikat, China, Brasil dan India. Untuk mendongkrak kinerja tahun ini, perseroan akan meluncurkan sekitar 40 varian produk baru yang 15 diantaranya sudah dirilis pada periode kuartal I/2016. Sehingga pada 2016 perseroan akan disokong oleh hampir 1.000 produk.
Ditanyai terkait akuisisi merek anyar, perseroan menyebut tidak akan melakukan hal tersebut tahun ini. Di sisi lain, pihak perseroan mengakui jika pada Februari lalu sudah mengatrol harga penjualan di kisaran 1,8% hingga 1,9%.
Sancoyo menyebut, penaikan harga jual dilakukan karena berbagai faktor diantaranya nilai tukar rupiah dan tingkat inflasi. Dia menambahkan, pihaknya terus mencermati kondisi ekonomi untuk dalam mempertimbangkan kenaikan harga. Pada tahun lalu pihaknya melakukan tiga kali penaikan harga dengan total mencapai 3%.