Bisnis.com, JAKARTA—PT Catur Sentosa Adiprana Tbk. membutuhkan modal guna ekspansi usaha sekitar Rp2,5 triliun yang akan digunakan pada 2017 hingga 2020, dengan sekitar 90% alokasi dana untuk pengembangan bisnis ritel bahan bangunan modern.
Idrus H Widjajakusuma, Corporate Secretary Catur Sentosa Adiprana, mengatakan cuan untuk ekspansi usaha itu akan berasal dari tiga sumber pendanaan. Rinciannya, sekitar Rp1,2 triliun dari pinjaman bank. Dia mengaku akan mendapatkan pinjaman dari Bank Central Asia (BCA).
Kemudian, sekitar Rp492 miliar dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue, dan sisanya dari kas internal perseroan.
“CSAP akan ekspansif di bisnis ritel Mitra10 rencana hingga 2020 ada 50 toko, atau ada penambahan 26 toko mulai dari 2017. Total dana yang dibutuhkan sekitar Rp2,5 triliun kami rencanakan pendanaan jangka panjang saat ini belum tersedia langsung tapi rights issue sudah mulai,” ujarnya, Senin (30/5/2016).
Terkait rights issue, emiten yang bergerak dalam bisnis distribusi bahan bangunan, kimia dan barang konsumsi serta ritel moderen tersebut telah mendapatkan pernyataan efektif untuk melakukan aksi kororasi itu dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per tanggal 26 Mei 2015.
Perseroan akan menambah saham baru sebanyak-banyaknya 1,15 miliar lembar. Setiap pemegang lima saham lama yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham pada 7 Juni 2016 berhak atas 2 HMETD. Setiap satu HMETD memberikan hak kepada pemegangnya untuk membeli sebanyak satu saham baru dengan harga pelaksanaan Rp425 setiap saham.
Pemegang saham yang tidak menggunakan haknya untuk HMETD ini dapat terdilusi sebesar maksimum 40%. Menurut Idrus, tiga pemegang saham utama CSAP, yaitu PT Buanatata Adisentosa, NT Asian Discovery Master Fund, dan Albizia Asean Opportunities Fund memberikan dukungan yang kuat pada aksi korporasi ini dengan menyatakan komitmennya untuk melaksanakan haknya.
Idrus menyebut, dana hasil rights issue akan terkumpul pada petengahan bulan depan. Sekitar 80% dari dana itu akan digunakan untuk belanja modal pada 2017 yaitu guna penambahan lima gerai Mitra10. Sisanya, akan digunakan pada tahun yang sama untuk memperkuat bisnis distribusi perseroan di beberapa provinsi, seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Sulawesi.
“Dana right issue itu akan digunakan untuk belanja modal 2017 yaitu pembangunan 5 toko Mitra10 di Jogjakarta, Surabaya, dan Jabodetabek. Satu toko itu sekitar Rp40 miliar hingga Rp50 miliar sedangkan 20% untuk ekspansi gudang penyesuaian kapasitas dan pembaruan kendaraan,” tuturnya.
Pihaknya memperluas bisnis ritel bahan bangunan moderen karena potensinya yang besar di Indonesia. Dari total pasar bahan bangunan di Tanah Air, bisnis ritel modern belum mencapai 20%.
Saat ini kontribusi bisnis ritel modern bahan bangunan terhadap penjualan konsolidasi CSAP baru mencapai 21%, dan sebagian besar lainnya adalah lini usaha distribusi. Pada 2020, perseroan memproyeksikan kontribusinya akan seimbang.