Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan hari ini Selasa (17/5/216) diprediksi masih rentan dan cenderung tertekan.
Analis PT Reliance Securities Lanjar Nafi menuturkan pergerakan IHSG secara teknikal hari ini break out support level, tetapi masih mampu bertahan pada support fractal yang juga tepat pada level area lower bollinger bands. Indikator stochastic terkonsolidasi negatif dengan momentum RSI yang memiliki tren negatif yang diperpanjang.
"Dari beberapa sinyal tersebut IHSG masih rentan akan melanjutkan pergerakan bearish. Sehingga diperkirakan IHSG masih cenderung tertekan dengan range pergerakan 4.700-4.775," katanya dalam riset.
Adapun, salaham-saham yang dapat dicermati a.l APLN, BBRI, BSDE, EXCL, GJTL, INTP, LPKR, SMGR, ADHI.
Pada perdagangan Senin (16/5/2016) IHSG tetap melanjutkan pergerakan bearishnya dengan ditutup -30,15 poin sebesar -0,63% di level 4.731,56 dengan volume yang cenderung dibawah rata-rata. Hanya sektor infrastruktur dan pertambangan yang mampu ditutup pada zona positif. Data aktifitas eksport impor Indonesia tidak mampu menahan aksi jual investor pada awal pekan.
Lanjar menjelaskan sejumlah faktor global dan domestik ikut memengaruhi pergerakan IHSG hari ini. Bursa Asia mayoritas ditutup menguat disaat nilai tukar Yen melemah dan harga komoditas rebound. Harga minyak kembali mencoba menguji resistance US$50 per barrel dengan mendekati level US$47 per barrel.
PBOC menegaskan akan terus melakukan kebijakan moneter yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan investasi setelah data pada pinjaman baru, penjualan ritel, investasi dan produksi industial masih dibawah ekspektasi.
Spekulasi mengenai mulainya link perdagangan valuta dengan Shenzhen menjadi salah satu dorongan optimisme investor di Asia pada awal pekan ini.
Sedangkan bursa Eropa dibuka pada zona negatif disaat sebagian zona mengalami libur Whit Monday seperti Jerman dan Prancis. Sentimen ekonomi yang rilis pun cenderung sepi diawal pekan ini. Sentimen selanjutnya yang menjadi fokus investor yakni ekonomi Jepang.