Bisnis.com, JAKARTA - Sebagian besar perusahaan konglomerasi di Indonesia membukukan penurunan laba bersih pada tahun lalu, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekononomi nasional dan tekanan harga komoditas global.
Dari 12 perusahaan konglomerasi, siapakah yang menjadi jawara dan tersungkur pada 2015?
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis.com, hingga batas akhir laporan keuangan, Kamis (31/3/2016), sebagian emiten milik konglomerasi telah mengumumkan kinerja 2015. Rerata kinerja pendapatan dan laba bersih yang diraup konglomerasi pada 2015 terkoreksi dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai kinerja konglomerasi pada tahun lalu tertekan terutama pada sektor komoditas seperti minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO), pertambangan, properti, dan otomotif. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi domestik tidak mendukung bagi kinerja perusahaan.
"Tahun ini, nilai terburuk harga komoditas sudah berlalu, cenderung naik. Konglomerasi tahun ini adalah tahun infrastruktur dan konsumsi," katanya kepada Bisnis.com baru-baru ini.
Dia mengatakan, tahun lalu konglomerasi yang berkaitan dengan properti mayoritas melorot lantaran tingginya suku bunga, aturan loan to value (LTV), hingga tekanan kurs mata uang. Diproyeksikan, tahun ini kinerja perusahaan properti bakal membaik lantaran pemangkasan suku bunga, kembalinya daya beli masyarakat, pelonggaran aturan, hingga stabilnya nilai tukar rupiah di level Rp12.500 per dolar AS.
Konglomerasi yang diproyeksi bakal berjaya pada tahun ini adalah perusahaan yang berkonsentrasi pada sektor infrastruktur, konstruksi dan konsumsi. Kenaikan belanja pemerintah dalam menggenjot infrastruktur menjadi peluang, terutama bagi PT Astra International Tbk. (ASII).
Secara terpisah, Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia Satrio Utomo, memproyeksi pada tahun ini akan ada cerita pertumbuhan ekonomi yang kembali ke level di atas 5%. Seharusnya, semua orang, termasuk konglomerasi, merasakan perbaikan.
"Meski sedikit berbeda, paling bisa merasakan manfaatnya dari sisi konsumer, otomotif, akan merasakan perbaikan nasib," kata dia.
Kembalinya pertumbuhan ekonomi di atas 5%, sambungnya, diharapkan penjualan dan laba bersih bakal meningkat dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Sedangkan, perusahaan pertambangan dan komoditas diproyeksi minimal tidak lebih buruk dari tahun lalu.
Harga minyak mentah dunia dinilai telah sampai pada level terendah pada tahun lalu. Sehingga, minimal tidak akan lebih buruk lagi pada tahun ini dengan harapan dapat bertahan dari tekanan.
"Konglomerasi yang akan menjadi jawara ada di Astra, Salim, lalu sektor properti juga akan lebih baik. Djarum hanya punya menara dan BCA, minimal bisa bagus," tegasnya.
Lantas, siapakah yang menjadi jawara berbanding terbalik dengan tersungkur pada tahun lalu? Simak daftar lengkapnya.