Bisnis.com, JAKARTA— NH Korindo Securities Indonesia mengemukakan kemarin laju pasar obligasi masih tertekan seiring pelemahan nilai tukar rupiah.
"Adanya pelemahan pada AUDUSD, USDCAD, USDRUB, dan EURUSD serta beberapa lainnya memberikan dampak negatif pada rupiah, dan tentu juga berimbas pada laju pasar obligasi,"" kata Kepala Riset NHKSI Reza Priyambada dalam risetnya.
Dengan kondisi tersebut, ujarnya, sejumlah pelaku pasar kembali melanjutkan aksi jualnya. Sehingga menekan laju pasar obligasi.
"Masih berlanjutnya penguatan yield di sejumlah negara, turut memberikan imbas negatif sehingga sebagian pelaku pasar masih melakukan aksi jual," kata Reza
.Apalagi penguatan yield tersebut seiring dengan penguatan kembali laju indeks dolar AS, sehingga makin memberikan sentimen negatif.
Mayoritas harga obligasi mengalami penurunan yang terefleksi pada naiknya yield seluruh tenor.
Pada obligasi pemerintah, laju yield cenderung mengalami kenaikan.
Tenor jangka pendek kali ini memimpin kenaikan. Pergerakan yield untuk masing-masing tenor rata-rata ialah untuk pendek (1-4 tahun) rata-rata mengalami kenaikan yield 14,85 bps.
Tenor menengah (5-7 tahun) naik sebesar 5,60 bps.
Tenor panjang (8-30 tahun) naik 7,49 bps.
Pada FR0070 yang memiliki waktu jatuh tempo ±9 tahun, dengan harga 97,70% dan yield 8,77% atau naik 5,43 bps dari sehari sebelumnya di harga 98,01% dan yield 8,71%.
Untuk FR0071 yang memiliki waktu jatuh tempo ±14 tahun dengan harga 99,48% dan yield 9,07% atau naik 5,97 bps dari sehari sebelumnya di harga 99,94% dan yield 9,01%.
Sementara itu pada laju obligasi korporasi, memperlihatkan yield yang masih kembali naik, seiring masih adanya tekanan jual pada beberapa seri obligasi korporasi.
Untuk yield pada rating BBB dengan tenor 9—10 tahun naik ke kisaran 14,78%- 14,85% dan pada rating AA naik di kisaran 10,85%-11,95%.