Bisnis.com, JAKARTA— Rencana pembangunan pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat sepertinya kian tenggelam, setelah PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. menyatakan tidak lagi memprioritaskan rencana tersebut.
Seperti diketahui, rencana ekspansi ini sudah mengemuka sejak Juli 2013. Perusahaan asal Jerman, Ferrostaal Industrial Project GmbH akan bekerja sama dengan Chandra Asri untuk merealisasikan pabrik tersebut. Fasilitas ini ditargetkan bisa beroperasi pada 2017-2018. Namun, sampai saat ini rencana investasi tersebut belum menemukan titik terang.
Suryandi, Presiden Direktur Chandra Asri Petrochemical, mengatakan sampai saat ini pihaknya belum menerima kejelasan terkait dengan realisasi fasilitas ini. Selama ini, ketersediaan pasokan gas untuk pabrik tersebut telah menjadi penghambat utama. Menurutnya, persoalan ini belum berhasil diselesaikan.
“Prioritas kami sekarang adalah proyek-proyek yang sedang berjalan dan yang masih dalam tahap studi,” katanya kepada Bisnis, Selasa (14/4/2015).
Adapun proyek yang sedang berjalan adalah pembangunan pabrik naphta cracker dan synthetic rubber. Sementara itu, satu proyek yang masih dalam tahap studi adalah pembangunan condensate splitter hasil kerja sama dengan BP Singapore Pte Ltd.
Menurut rencana awal,Ferostaal dan Chandra Asri akan melakukan studi kelayakan yang dituangkan dalam nota kesepahaman pada 18 Juli 2013. Keduanya akan membangun pabrik methanol berbahan baku gas bumi yang akan dipakai sebagai bahan baku pabrik polipropilena. Fasilitas senilai US$1,8 miliar ini akan memiliki kapasitas 400.000 ton per tahun, serta pabrik etilena berkapasitas 175.000 ton per tahun.