Bisnis.com, NEW YORK – Menyusul keputusan negara-negara eksprtir minyak yang tergabung dalam OPEC yang enggan memangkas produksi minyak dunia, harga minyak mentah Amerika Serikat tumbang 10% per Sabtu (29/11/14).
Penurunan tersebut merupakan yang terbesar dalam lima tahun terakhir. di saat yang sama, harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$70 per barel. Situasi ini menegaskan harga minyak dunia masih jauh dari kata pulih.
“Saya merasa negara-negara penghasil minyak seperti membiarkan harga terus jatuh dan pasar collapse,´kata analis Tyche Capital Advisors, Tariq Zahir di New York, Sabtu. Merespons kemerosotan harga minyak, pasar saham energi AS terpukul.
Seperti diketahui, pada pertemuan yang digelar 27 November kemarin Arab Saudi sebagai produsen terbesar minyak dunia menolak permintaan negara-negara OPEC lain untuk memangkas produksinya, demi menstabilkan harga minyak dunia.
“Kita harus melawan boom minyak mentah AS,” ungkap Menteri Perminyakan Arab Saudi, Ali Al-Naimi saat pertemuan OPEC.
Lembaga keuangan multinasional Goldman Sachs mengungkapkan harga minyak mentah Brent mungkin mencapai US$6 dan WTI akan berada di kisaean US$70-US$75, yang dapat mendorong AS mengurangi belanja modal dan aktivitas pengeboran.
Secara akumulatif, harga minyak mentah Brent telah drop 40% dari harga US$115 pada bulan Juni. Seperti diketahui, harga acuan Brent terus merosot setelah output minyak Amerika Serikat mencapai level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.
Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga turun ke level US$66,15 per barel, level terendah dalam empat tahun terakhir. terakhir kalinya WTI mengalami penurunan 10% adalah Maret 2009 lalu.
Senada dengan Goldman Sachs, pejabat resmi perusahaan minyak Rusia Igor Seching memprediksi harga minyak mentah dunia akan menyentuh level US$60 selama paruh pertama tahun depan.