Bisnis.com, BANGKOK – YLG Bullion International Co., pengimpor emas Thailand terbesar, memproyeksikan impor dua kali lipat tahun ini setelah harga di pasar bearish mendorong permintaan terhadap fisik logam tersebut.
YLG Bullion kemungkinan akan mengimpor 200 metric tons pada 2013, dari tahun lalu hanya 92 ton, kata Chief Executive Officer Pawan Nawawattanasub, Selasa (24/9/2013). Impor di semester pertama tahun ini mencapai 112 ton, atau 60% dari total impor negara tersebut. Harganya US$2,6 miliar per ton.
Emas melemah 21% tahun ini, menuju penurunan tahunan pertama sejak 2000, seiring dengan perginya kepercayaan investor terhadap logam mulia itu sebagai penyimpan kekayaan.
Dengan harga saat ini 32% di bawah angka pada September 2011 telah mendorong permintaah atas emas batangan dan koin, penjualan global yang naik 78% ke level sepanjang waktu di paruh kedua, demikian World Gold Council di London.
“Harga yang lebih murah akan mendorong masyarakat untuk membeli emas batangan karena melihat itu untuk dibeli ketimbang barang lain seperti tas Hermes,” kata Pawan, yang memiliki perusahaan pemasok ritel dan investor di Thailand.
“Permintaan di Thailan akan terus bertumbuh, sebab menyimpang emas bagian dari budaya kami.”
Emas naik sebanyak 7 kali sejak 2000, dan mencapai puncak US$1.921,15 per ounce dalam 12 tahun untung berturut-turut dan terpanjang sepanjang 9 dekade.
Emas diperdagangkan di London di level harga US$1.323,49 hari, setelah memasuki pasar bearish pada April. Goldman Sachs Group Inc., Societe Generale SA dan Credit Suisse Group AG merupakan perusahaan yang mengantisipasi penurunan harga emas.