Bisnis.com, JAKARTA--Fioney Sofyan Ponda, seorang perencana keuangan independen mengibaratkan reksa dana laiknya sejenis makanan gado-gado. Dalam sepiring gado-gado, investor akan menemukan aneka ‘sayur-mayur’ pilihan manager investasi.
Dengan kata lain, reksa dana adalah pengumpulan dana secara kolektif yang diatur dan diurus oleh manager investasi, sehingga investor bisa memiliki saham yang berpotensi memberikan profit yang baik.
Berinvestasi di reksa dana, bagi para investor, paparnya tidak harus memiliki kemampuan dan pengetahuan laiknya seorang manager investasi yang mampu membaca charting analisa teknikal dan fundamental, sehingga investor tidak harus tahu setiap waktu kondisi hasil investasinya.
Dia mengatakan kelebihan dari reksa dana yaitu dari segi profit atau return on investment yang diberikan berpotensi memberikan hasil sebesar 25% per tahun. Bahkan lebih, dan bisa jadi lebih besar dari bunga deposito, atau obligasi dan lainnya.
Namun, karena pergerakannya sangat dipengaruhi oleh pergerakan bursa efek, maka profit maksimal tidak bisa diperhitungkan untuk investasi janga pendek. “Reksa dana sangat baik diperhitungkan untuk investasi jangka menengah dan jangka panjang, karena dari jangka waktu yang demikianlah hasil investasinya dapat terlihat baik,” paparnya.
Menurutnya, reksa dana lebih diperuntukkan bagi investor pemula yang tidak memiliki waktu dan pengetahuan yang cukup untuk menganalisa pergerakan naik turunnya saham. Namun demikian, investor bisa memahami resiko dan memiliki tujuan investasi jangka panjang, sehingga investasi yang dilakukan sesuai dengan target tujuan jangka panjangnya dan lebih terkontrol.
Fioney menerangkan, biasanya investasi di reksa dana bisa dimulai dari jumlah yang cukup minimal sekitar Rp250.000, tanpa harus investasi bulanan, tanpa penalti, dan uangnya bisa ditarik atau diambil kapan saja seperti tabungan. “Dan tentunya, para investor harus cermat juga memilih saham dan reksa dana yang bisa menjadi pilihan dan memberikan profit maksimal,” paparnya kepada Bisnis belum lama ini.
Menurut catatan Bisnis, jumlah investor baik di bursa saham atau pun reksa dana saat ini sudah mencapai sekitar 400.000. Selain banyak yang berinvestasi di dua jenis tersebut, masyarakat Indonesia kini sudah banyak terlibat di pasar valuta asing atau foreign exchange market (forex).
Ferry Chandra Gunawan, CEO Finex Consulting memaparkan yang ditransaksikan dalam forex adalah mata uang dengan jangka waktu lebih singkat. Bisa dalam hitungan hari, jam bahkan menit untuk bertransaksi jual beli.
Dia menyontohkan ketika seseorang menukarkan dollar dengan rupiah di saat harga dollar naik, maka selisih harga jual dan harga pembeliannya, disebut profit. Dan tentunya trading di forex menggunakan margin. "Untuk itu saya tekankan agar jangan mencoba terlibat di forex tanpa pengetahuan dan pengalaman," ujarnya.
Menurutnya, forex trading masuk dalam tipe spekulatif dan sangat berisiko dikarenakan volatilitas dan margin trading tersebut. Alih-alih ingin meraup untung, para trader malah bisa buntung.
Jika memang ingin masuk di forex, sambungnya, pastikan terlebih dahulu untuk mengerti risikonya dan harus mempunyai money management bagus. "Yang diperdagangkan dalam forex, selalu berpasangan. Misalnya dalam major currency EUR/USD, JPY/USD," ungkapnya.
Fioney menambahkan, dalam forex, keahlian, pengalaman, dan tools atau analisa teknikal sangat mempengaruhi. Sementara untuk reksa dana, investor bisa mengambil sikap laiknya 'beli-lupakan-terima profit kemudian'.
"Dan ada baiknya jika ingin bermain di trading forex, pergunakanlah 'uang dingin' atau uang yang tidak diperuntukkan untuk apapun, sehingga hasil investasinya juga tidak terlalu ‘menguras otak’," ujarnya.
Memang, jika dibandingkan, keuntungan yang ditawarkan baik reksa dana maupun forex jelas berbeda. Jika reksa dana memiliki keuntungan 25% per tahun, yang tentunya tergantung jenis, maka forex bisa memungkinkan meraup untuk 25% per bulan. So, Anda pilih reksa dana atau forex?
Investasi di Reksa Dana Ibarat Menyantap Gado-gado
Bisnis.com, JAKARTA--Fioney Sofyan Ponda, seorang perencana keuangan independen mengibaratkan reksa dana laiknya sejenis makanan gado-gado. Dalam sepiring gado-gado, investor akan menemukan aneka ‘sayur-mayur’ pilihan manager investasi. Dengan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium