BISNIS.COM, JAKARTA—Perdagangan berjangka ekuitas dari Hong Kong hingga Australia anjlok, mengisyaratkan pelemahan harga saham pada pekan lalu akan berlanjut.
Sementara itu para investor terus mempelajari prospek pengurangan stimulus moneter bank sentral AS.
Kontrak pada Standard & Poor’s 500 Index (SPX) dilaporkan melemah 0,2% setelah indeks itu mulai bergairah pada 21 Juni 2013.
Kontrak perdagangan pada Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,2% dan kontrak-kontrak yang ada di S&P/ASX 200 Index Australia merosot 0.7%. Kontrak pada Nikkei 225 Stock Average Jepang berada di posisi 13.340 di bursa Chicago pekan lalu atau turun dari angka 13.370 saat sesi perdagangan ditutup di Osaka.
Kontrak tersebut ditawarkan di pre-market pada posisi 13.420 pada pukul 08:05 pagi waktu setempat atau pukul 06: 05 WIB di tengah pelemahan yen hingga hari keenam atas dolar AS. Dolar AS kembali menguat terhadap 10 dari 16 mata uang utama.
Harga minyak mentah sedikit berubah pada posisi $93,75 per barel setelah pekan lalu turun 4,3%. Harga emas, perak dan platina naik
Indeks MSCI All-Country World, sebagaimana dikutip Bloomberg, turun ke titik terdalam dalam satu tahun pada pekan lalu dan ekuitas global senilai hampir US$2 triliun terpukul setelah bank sentral AS mengisyaratkan akan mengurangi pembelian obligasi tahun ini jika ekonomi AS membaik.
Fluktuasi selama sepuluh hari atas indeks saham negara maju memuncak sejak Juli. Indeks dolar AS mengalami rally setiap hari sejak pernyataan bank sentral AS pada 19 Juni tersebut di tengah pelemahan nilai saham, obligasi dan komoditas. (ltc)