Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Bijih Besi Global Dipasok Perusahaan Utama

Proyeksi volume suplai bijih besi bertambah didorong oleh aktivitas sejumlah perusahaan pertambangan raksasa global seperti Rio Tinto, BHP Billiton, dan Vale SA.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA – Proyeksi volume suplai bijih besi bertambah didorong oleh aktivitas sejumlah perusahaan pertambangan raksasa global seperti Rio Tinto, BHP Billiton, dan Vale SA.

Dikutip dari Reuters, Minggu (28/1/2018)Vale SA, produsen bijih besi nomor satu di dunia diprediksi bakal menambahkan output paling banyak diantara pemasok utama lainnya pada 2018.

Rencananya, perusahaan pertambangan ini akan meningkatkan output-nya menjadi 390 juta ton dari proyeksi sebelumnya sebesar 365 juta ton karena meningkatnya tambang S11D di Brasil milik Vale SA.

Adapun Rio Tinto baru–baru ini melaporkan kenaikan produksi setelah adanya kenaikan pengiriman sebesar 3% menjadi 90 juta ton pada kuartal IV/2017. Perusahaan ini memproyeksikan produksi bijih besi pada 2018 mencapai 330 juta–340 juta ton.

Sementara itu, BHP Billiton diperkirakan akan menaikkan produksi bijih besi hingga 3% pada kuartal II/2018. Perusahaan pertambangan global ini mempertahankan panduan internalnya untuk menambang bijih besi sebanyak 275 juta–280 juta ton hingga 30 Juni 2018.

Dari segi permintaan, sebagian besar eksportir bijih besi telah berfokus pada margin di atas volume.

Clarksons Platou Securities, sebuah bank investasi global mengatakan bahwa pihaknya tidak memprediksi bahwa produksi baja China akan tumbuh untuk menyerap semua ekspansi di dunia dengan melihat penurunan harga secara bertahap.

“Perlambatan pertumbuhan sektor properti China dapat mengurangi produksi baja di negara ini menjadi 820 juta ton dari rekor tahun lalu sebanyak 831,7 juta ton,” sesuai laporan Bank Multinasional Barclays Plc. yang melihat harga bijih besi berpotensi turun rata–rata US$50 per ton pada kuartal kedua dari US$70 per ton pada Januari–Maret.

Produksi baja China naik tahun lalu meskipun diberlakukan pembatasan pemerintah dan tindakan keras polusi dengan pabrik yang mengejar margin kuat di tengah reli harga bahan bangunan.

Margin tersebut yang menyentuh level terkuatnya dalam dua dekade hingga 2.000 yuan (US$316) per ton, kemungkinan akan turun saat pembatasan produksi musim dingin yang terjadi pada pertengahan November 2017 akan selesai pada pertengahan Maret mendatang.

“Seperti sebelumnya, kapasitas baru selama periode Maret–April kami pikir penurunan berikutnya dalam profitabilitas akan memicu aksi jual harga bijih besi,” papar Barclays Plc.

Barclays Plc menambahkan, tidak seperti 2017, dampak pembatasan baru pada produksi baja dapat dikurangi pada tahun ini, sehingga membatasi kenaikan harga baja dan bijih besi.

“Efek dari pembatasan [curbs] akan berkurang karena produsen baja akan mencoba segala kemungkinan untuk meningkatkan produksinya terlebih dahulu,” kata Cao Ying, analis di SDIC Essence Futures. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper