Bisnis.com, JAKARTA – Pengujung pekan lalu, PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) alias BNC mengumumkan penurunan target modal tambahan pada agenda rights issue yang akan mereka gulirkan mulai pekan ini. Secara tidak langsung, keputusan ini potensial jadi angin segar bagi emiten bank digital lain, khususnya PT Bank Jago Tbk. (ARTO).
ARTO dan BBYB adalah dua emiten bank digital yang paling menyita perhatian investor publik, seiring penetrasi agresifnya. Ini terlihat dari tren frekuensi transaksi saham kedua perusahaan yang relatif lebih stabil dan likuid dibandingkan emiten lain pada sub-sektor yang sama (bank digital).
Kendati relatif tertinggal secara bottom line bisnis bila dibandingkan ARTO, selama ini BNC punya senjata andalan yang bikin sahamnya banyak dilirik. Salah satunya terletak pada potensi mereka menjadi bank dengan modal dan ekuitas terbesar.
Ekuitas merupakan elemen kunci bagi perbankan. Pasalnya makin besar modal dan ekuitas, makin besar pula ruang yang dimiliki perbankan untuk menyalurkan kredit dan meraup lebih banyak pendapatan bunga.
Hanya saja, dengan penurunan target modal tambahan dari rights issue, potensi pertumbuhan penyaluran kredit BBYB dalam jangka pendek juga bisa mengalami penyesuaian. Terlebih, penurunan target modal tambahan memastikan kans mereka merebut predikat emiten bank digital dengan ekuitas terbesar dari tangan ARTO makin kecil.
Sebagai gambaran, per akhir September 2022, BBYB melaporkan jumlah ekuitas Rp2,25 triliun. Di saat yang sama, ARTO memiliki ekuitas Rp8,28 triliun berdasarkan laporan keuangannya.