Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah ancaman resesi pada tahun depan, industri kelapa sawit atau CPO dijagokan menjadi kuda-kuda ekonomi Indonesia.
Tak mengherankan karena posisinya sebagai komoditas andalan ekspor Indonesia. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) tak menampik bahwa perang Rusia-Ukraina yang masih berkecamuk serta proyeksi resesi pada 2022 membayangi negara-negara produsen minyak kelapa sawit.
Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengatakan di tengah tantangan-tantangan tersebut, peluang muncul dari bullish-nya harga minyak sawit. Seperti diketahui, harga CPO mencapai puncaknya pada semester I/2022 ketika sampai level US$1.800 per metrik ton. Meskipun setelahnya, reli harga minyak global kemudian melambat.
"Ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memainkan peran penting dalam mengarahkan industri karena selalu berdampak pada bagaimana industri akan berjalan,” kata Joko di acara Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2022, Kamis (3/11/2022).
Dari sisi kinerja industri, hingga September 2022, produksi telah mencapai 37 juta ton dengan ekspor sebanyak 22 juta ton. Sementara itu, estimasi produksi hingga akhir tahun ini kurang lebih mencapai 51,8 juta ton, yang terdiri atas 47 juta ton CPO dan 4,8 juta ton crude palm kernel oil (CPKO), sedangkan untuk ekspor diharapkan dapat mencapai 30 juta ton.
Joko berharap Pemerintah Indonesia dalam upaya pencegahan resesi ini yang mestinya mendorong komoditas ini punya ketahanan terhadap resesi.