Bisnis.com, JAKARTA – Bagi pelaku pasar, barangkali IPO PT Global Digital Niaga alias Blibli tampak seperti perjudian lantaran dilakukan di tengah tekanan valuasi yang dialami startup dan emiten-emiten teknologi. Namun bagi Grup Djarum, konglomerasi pengendali calon emiten berkode BELI tersebut, tidak akan ada skenario yang bakal mereka tuai selain untung.
Sampai akhir pekan lalu, indeks teknologi di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang berada di level 6.512,29 telah merefleksikan pelemahan 27,6 persen year-to-date (ytd). Tren kurang menggembirakan, sejauh ini, juga dialami oleh PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) dan PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO), dua pendahulu Blibli sebagai pendatang bursa.
Bila diukur sejak harga listing, hingga akhir pekan lalu kedua emiten telah membukukan pelemahan harga saham masing-masing 70,1 persen dan 39,6 persen.
Alasan itu yang kemudian, menurut para pakar, bikin Blibli tidak mematok target berlebihan dari gelaran IPO akbarnya. Mereka tidak membentengi sahamnya dengan harga tinggi.
Meski bakal melego 15 persen proporsi kepemilikan akhir perseroan, Blibli hanya menarget modal tambahan maksimal Rp8,17 triliun. Target tersebut relatif lebih “murah” bila dibandingkan, misal, dengan BUKA yang mengincar Rp21,9 triliun dari aksi lego 25 persen saham perusahaan. Atau, GOTO yang mengincar Rp15,2 triliun meski hanya melego 3,43 persen dari saham akhirnya.