Bisnis.com, JAKARTA — Tren kenaikan harga batu bara diperkirakan menjadi sentimen negatif terhadap industri manufaktur termasuk semen karena dapat mempengaruhi ongkos produksi.
Sekadar catatan, harga batu bara acuan (HBA) pada September 2021 mencapai US$150,03 per ton seiring kenaikan permintaan batu bara dari China. Angka tersebut naik US$19,04 per ton dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar US$130,99 per ton.
Pelaksana Harian Direktur Eksekutif Indonesian Mining Association (IMA) Djoko Widajatno memperkirakan, undustri semen disebut mengalami tekanan tinggi seiring naiknya harga batu bara acuan (HBA) pada September 2021. Tekanan tersebut menyebabkan industri semen sulit untuk berkembang.
“Industri semen banyak yang rontok karena pasarnya tidak berkembang, sedangkan pembangunan infrastruktur juga pembayarannya sangat sukar,” katanya kepada Bisnis, Selasa (7/9/2021).
Djoko menilai, terus meningkatnya harga batu bara akan menyulitkan ketersediaan pasokan untuk industri semen. Pasalnya, muncul dugaan pemasok lebih memilih melakukan ekspor lantaran harga yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di dalam negeri.
Kementerian ESDM sendiri telah menetapkan harga jual domestik (domestic market obligation/DMO) batu bara mencapai US$70 per ton. Angka itu hanya 46,65 persen dibandingkan dengan harga batu bara acuan untuk ekspor per September 2021.