Bisnis.com, JAKARTA – Hasil pemilihan presiden di Amerika Serikat diprediksi tidak berdampak signifikan terhadap harga nikel global. Meski demikian, peluang kenaikan harga masih sangat terbuka.
Data dari laman London Metal Exchange (LME) pada Selasa (3/11/2020) mencatat, harga nikel terpantau pada level US$15.113 per ton. Harga komoditas ini tengah berada dalam tren negatif setelah sempat menyentuh kisaran US$16.064 pada 21 Oktober lalu.
Analis Capital Futures Wahyu Laksono mengatakan, pada kuartal I/2020 harga nikel mengalami koreksi mendekati 20 persen seiring dengan sejumlah sentimen risk off. Dalam dua kuartal terakhir, harga nikel terus mengalami kenaikan dan mencapai pertumbuhan double digit.
Menurutnya, menjelang pemilu presiden di Amerika Serikat, para pelaku pasar akan cenderung menganut sikap wait and see. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya penurunan baik pada pasar saham maupun harga komoditas seperti nikel.
Wahyu mengatakan, dalam jangka pendek, pergerakan harga nikel akan dipengaruhi oleh isu pemilihan presiden Amerika Serikat. Dalam beberapa waktu terakhir, para pelaku pasar tengah menanti hasil pemilu presiden AS pada 3 November mendatang untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.
Namun, ia mengatakan, setelah sentimen ini berlalu, harga nikel kemungkinan akan kembali ke level fundamentalnya dan dapat menembus level US$16.000 per ton pada akhir 2020.