Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas tambah naik menjebol level US$1.300 per ounce sekaligus memperpanjang relinya tahun baru ini.
Investor ramai-ramai memburu emas di tengah pelemahan pasar ekuitas global dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan global.
Berdasarkan data Bloomberg, kontrak berjangka emas naik 0,4% ke level US$1,300.40 per ounce di Comex, harga tertinggi sejak Juni 2018, dan berada di level US$1.299,60 pada pukul 9.37 pagi waktu Singapura.
Sementara itu, harga spot emas tidak berbeda jauh dengan mencapai level US$1.298,60. Selain sentimen di atas, penutupan layanan pemerintah di Amerika Serikat (AS) yang berkelanjutan juga telah mendorong penghindaran aset berisiko serta memacu daya tarik safe haven.
Emas telah menjadi komoditas pilihan pada awal 2019 saat investor mencermati prospek global yang memburuk dan menyurutnya faktor kenaikan suku bunga Federal Reserve AS tahun ini.
Menambah tanda perlambatan global, data yang dirilis Institute for Supply Management (ISM) pada Kamis (3/1) menunjukkan aktivitas pabrik AS melambat lebih dari ekspektasi pada Desember 2018.
Sehari sebelumnya, Apple mengumumkan pemangkasan proyeksi pendapatannya karena terbebani penjualan iPhone yang lebih lesu di China. Dalam beberapa hari terakhir, ada pula sinyal kuat perlambatan di China, ekonomi terbesar kedua di dunia.
PMI China dari Caixin Media dan IHS Markit yang dirilis pada Rabu (2/1) dilaporkan turun menjadi 49,7 dari 50,2, level terendah terendah sejak Mei 2017.
Angka ini mengonfirmasikan tren pada angka PMI resmi yang dirilis Senin (31/12/2018), yang menunjukkan penurunan ke 49,4 pada Desember, terlemah sejak awal 2016. Seperti diketahui, angka di bawah 50 menandakan kontraksi.
“Penguatan dalam emas ini didasarkan pada investor yang semakin menyadari bahwa emas adalah 'uang aman',” terang Rainer Michael Preiss, direktur eksekutif di Taurus Wealth Advisors Pte., sebelum harga emas menembus level US$1.300.
Salah satu faktor yang memacu permintaan, lanjutnya, adalah potensi penurunan ekonomi global dan meningkatnya beban utang AS.
Menurut sejumlah analis termasuk George Gero di RBC Wealth Management, kenaikan harga emas melampaui level US$1.300 dianggap sebagai lompatan psikologis penting yang dapat memacu pembelian tambahan.
“Pasar memiliki kekhawatiran besar tentang ekonomi, pasar saham, dan peristiwa politik termasuk Brexit. Jika investor terus mencari tempat berlindung, harganya [emas] bisa mencapai US$1.350,” kata Gero.