Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pendapatan DMAS Naik Tipis, Laba Terkoreksi

Emiten dengan kode saham DMAS ini membukukan laba kotor sebesar Rp133 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan laba kotor di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp162 miliar.
Suasana Penawaran Umum Perdana Saham PT Puradelta Lestari Tbk di Jakarta, Kamis, (21/5)./JIBI-Nurul Hidayat
Suasana Penawaran Umum Perdana Saham PT Puradelta Lestari Tbk di Jakarta, Kamis, (21/5)./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pengembangan kawasan industri Deltamas, Cikarang – Jawa Barat, PT Puradelta Lestari Tbk. membukukan pendapatan sebesar Rp247 miliar pada semester pertama tahun 2018, lebih tinggi sekitar 6,1% dibandingkan pencapaian semester I/2017 sebesar Rp232 miliar.

Pendapatan dari segmen industri mencapai Rp227 miliar atau sekitar 91,9% dari pendapatan yang diraih perseroan pada semester pertama tahun 2018. Segmen hunian dan komersial menyumbang 3,7%, sedangkan segmen hotel dan sewa menyumbang 4,4% terhadap pendapatan perseroan.

Tondy Suwanto, Direktur Independen dan Sekretaris Perusahaan Puradelta Lestari menjelaskan pelanggan baru industri bergerak di sektor farmasi dan consumer goods.

Menurutnya, kawasan industri GIIC (Greenland International Industrial Center) Kota Deltamas kerap disebut sebagai pusat produksi otomotif di Indonesia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, telah hadir berbagai pelanggan baru di GIIC yang bergerak di luar industri otomotif, seperti industri logistik, sanitasi, farmasi, dan consumer goods.

“Hal ini membuktikan bahwa GIIC tidak hanya diminati oleh perusahaan-perusahaan otomotif, namun juga perusahaan-perusahaan dari sektor lainnya,” katanya dalam siaran pers, Senin (30/7/2018).

Emiten dengan kode saham DMAS ini membukukan laba kotor sebesar Rp133 miliar, sedikit lebih rendah dibandingkan laba kotor di periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp162 miliar.

Untuk penjualan lahan industri di tahun 2018, perseroan membuka dan mengembangkan zona industri baru di kawasan industri GIIC, sehingga terjadi peningkatan beban pokok pendapatan dibandingkan dengan beban pokok pendapatan untuk penjualan lahan industri di tahun sebelumnya.

DMAS membukukan laba bersih sebesar Rp94 miliar, turun 22,3% dibandingkan laba bersih di semester pertama tahun sebelumnya sebesar Rp121 miliar, seiring menurunnya laba kotor dan meningkatnya beban umum dan administrasi.

Dari sisi fundamental, aset perseroan per 30 Juni 2018 tercatat Rp7,28 triliun, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan aset perseroan per 31 Desember 2017 sebesar Rp7,47 triliun.

Hal ini terutama disebabkan penurunan kas dan setara kas setelah perseroan membayarkan dividen final sebesar Rp313 miliar kepada para pemegang saham pada bulan Mei 2018 lalu.

Perseroan sendiri telah membayarkan dividen tunai sebesar 95% dari laba bersih tahun buku 2017 kepada para pemegang sahamnya.

Perseroan tidak memiliki utang. Dengan posisi kas bersih yang sehat, perseroan terus berupaya untuk melakukan pengembangan Kota Deltamas untuk mewujudkan Kota Deltamas sebagai kawasan terpadu modern di timur Jakarta dengan memadukan kawasan industri, hunian, dan komersial.

Kota Deltamas yang merupakan kawasan industri utama perseroan memiliki luas area pengembangan mencapai 3.200 hektar. Kota Deltamas merupakan kawasan bernilai tinggi di timur Jakarta dengan lokasi yang strategis, cadangan lahan yang luas, akses tol langsung, serta fasilitas dan infrastruktur yang sangat memadai.

DMAS terus mengembangkan infrastruktur kelas dunia yang mendukung self-sustained integrated township, terdiri atas area industri, hunian, ,dan komersial serta mengembangkan fasilitas-fasilitas yang menjamin standar hidup pekerja di kawasan industri, baik bagi penghuni maupun untuk masyarakat di sekitarnya.

Beragam fasilitas baru terus bermunculan di kawasan tersebut, mulai dari institusi pendidikan, apartemen sewa, dan rencana pembangunan pusat komersial di Kota Deltamas.

Pemegang saham mayoritas dan pengendali dari DMAS adalah PT Sumber Arusmulia (57,28%), yang merupakan bagian dari Sinar Mas Land, pengembang terkemuka di Indonesia, dan Sojitz Corporation (25,00%), perusahaan general trading dari Jepang dengan jaringan di lebih dari 50 negara di dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper