Bisnis.com, JAKARTA - Laju penguatan nilai tukar rupiah dinilai masih tersedia menjelang rilis data inflasi pada Senin (2/5/2016).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan rupiah perlahan mulai kembali mendapatkan momentum penguatannya setelah sempat tertekan.
"Indeks dolar AS yang kembali melemah serta harga minyak yang kembali kuat menjadi alasan utamanya," paparnya dalam riset.
Dari domestik, lanjutnya, titik terang dari negosiasi alot UU tax amnesty juga menjadi tambahan sentimen positif.
Angka inflasi yang datang hari ini juga berpeluang menambah optimisme di pasar keuangan Indonesia dengan proyeksi yang akan di bawah 4% YoY, di kisaran 3,8% YoY.
Akan tetapi investor paling menunggu angka pertumbuhan kuartal I/2016 yang akan datang awal minggu depan tetapi juga diperkirakan cukup baik di kisaran 5% YoY.
"Dengan itu, ruang penguatan rupiah juga tersedia paling tidak dalam jangka pendek," ungkapnya.
Sementara itu, setelah sempat menguat, indeks dolar AS akhirnya kembali melemah dan saat ini sudah kembali ke kisaran 93.
"Seperti diduga sebelumnya, harapan kenaikan FFR target hanya menjadi spekulasi sesaat menjelang FOMC meeting yang ternyata masih belum menandakan opsimisme the Fed," tambahnya.
Di sisi lain harga minyak mentah masih di level kuat walaupun pertemuan di Doha beberapa minggu lalu belum berujung pada kata sepakat untuk pembatasan produksi. ISM manufacturing AS ditunggu malam nanti diperkirakan turun.