Bisnis.com, JAKARTA — Di tengah tren penurunan saham emiten tambang batu bara PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), sejumlah investor asing jumbo terpantau tetap rajin mengakumulasi kepemilikannya.
Hingga akhir perdagangan Kamis (2/2/2023), ADRO ditutup stagnan di level Rp2.870. Sejak awal tahun, banderol saham tersebut mewakili koreksi 25,45 persen. Harga tersebut juga tercatat merupakan posisi terendah dalam enam bulan terakhir.
Padahal, sepanjang 2022 saham ADRO tercatat menjadi salah satu saham penahan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan penguatan 71,1 persen.