Bisnis.com, JAKARTA — Taipan Sjamsul Nursalim, pendiri produsen ban legendaris PT Gajah Tunggal Tbk. (GJTL) dan peritel kondang PT Mitra Adiperkasa Tbk. (MAPI) pernah terpaksa harus mengalah demi menyelamatkan bank yang tengah dikelolanya.
Sengkarut dunia perbankan meledak saat krisis moneter, termasuk yang dialami oleh Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI) yang dikendalikan oleh Sjamsul dan terpotret dalam pemberitaan Harian Bisnis Indonesia edisi Minggu 25 Januari 1998.
Setelah terhimpit krisis moneter berkepanjangan, sejumlah pemilik bank, termasuk Sjamsul, sepakat untuk saling mengalah dan memilih merger dengan Bank Internasional Indonesia (BII) milik Grup Sinar Mas.
Wacana penggabungan BDNI ke BII saat itu juga sempat berkembang, di mana sejumlah bank lain juga akan dilebur. Namun kelak rencana penggabungan sejumlah bank lain tersebut tak sempat terealisasi.
Di tengah desakan kompetisi yang kian ketat, langkah peleburan dinilai menjadi upaya paling rasional untuk menyehatkan bank. Terlebih, Indonesia tengah dililit krisis moneter kala itu.
Bagi Sjamsul, penggabungan bank akhirnya harus dipilih untuk menyelamatkan banknya dengan mengawinkan BDNI dan BII. Kala itu Sjamsul menampik langkah merger diambil karena pihaknya tak kuat berdiri sendiri.