Bisnis.com, JAKARTA – Istilah catch the falling knife, alias “menangkap pisau jatuh” merupakan analogi untuk menggambarkan aksi beli investor atas saham yang sedang berada dalam tren penurunan harga signifikan. Praktik berisiko semacam ini terindikasi marak dilakukan investor ritel di tengah keruntuhan harga saham PT Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) sepekan terakhir.
Menangkap pisau jatuh sebenarnya tidak bisa dikatakan sebagai hal yang sepenuhnya buruk. James Chen, pakar investasi sekaligus penulis buku Mutual Funds: How to Invest Wisely and Not Risk Losing Your Money (2014), mengakui bahwa tindakan semacam ini bisa menguntungkan jika saja momentumnya tepat.
Namun, bila dilakukan tanpa kalkulasi yang matang, James meyakini bahwa menangkap pisau jatuh lebih banyak memunculkan bahaya tinimbang manfaat. Sebab, posisi entry pembelian yang terlampau tinggi justru rawan bikin investor berdarah-darah andai harga saham yang dibeli tidak kunjung rebound.
“Dalam banyak kasus menangkap pisau jatuh bukanlah ide yang bagus, meski penting juga bagi investor untuk menyadari peluang dari harga saham yang mulai mengalami kecenderungan jenuh jual,” papar James dalam esainya di Investopedia.
Sebagai konteks, saham GOTO sedang tertekan habis-habisan. Per penutupan perdagangan pekan ini, Jumat (9/12/2022), mahar saham emiten induk Gojek dan Tokopedia itu parkir di level Rp93 per lembar saham.
Dibukanya lock-up investor lama ditengarai banyak analis sebagai pemicu panic selling di kalangan pelaku pasar. Penilaian ini memang masuk akal mengingat di atas kertas, ambrolnya kapitalisasi GOTO terjadi lebih kencang sejak lock-up dibuka. Bila dibandingkan posisi terakhir sebelum buka gembok, yakni seharga Rp185 per lembar, mahar saham GOTO sudah anjlok 49,7 persen.