Bisnis.com, JAKARTA — Geliat pemulihan emiten sektor perunggasan JPFA, CPIN, hingga WMPP pada akhir 2022 menjadi suntikan suplemen tambahan untuk mengarungi periode 2023.
Sampai dengan akhir kuartal III/2022, mayoritas emiten unggas memang melaporkan penurunan laba bersih. Capaian itu merupakan imbas dari beban pokok pendapatan yang naik akibat harga tinggi bahan baku yang berlanjut.
Sebagai contoh, laba bersih PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk. (JPFA) menyusut 5,24 persen secara tahunan menjadi Rp1,42 triliun kendati penjualannya mampu tumbuh 12,16 persen year-on-year (YoY) menjadi Rp36,79 triliun dalam 9 bulan 2022.
Sementara itu, penjualan PT Widodo Makmur Unggas Tbk. (WMUU) yang tergerus 6,63 persen YoY menjadi Rp2,04 triliun membuat laba bersih perusahaan merosot 37,05 persen YoY menjadi Rp91,9 miliar.
Kontras dengan tekanan laba yang dialami kompetitornya, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) membukukan kenaikan penjualan dan laba bersih sepanjang Januari—September 2022.
Dalam periode itu, penjualan Charoen Pokphand naik 15,54 persen YoY menjadi Rp43,43 triliun dan mendorong laba bersihnya meningkat 9,05 persen secara tahunan menjadi Rp3,18 triliun.